Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Sang Bibi soal Kepala Bayi Tertinggal di Rahim Keponakannya di Bangkalan

Kompas.com - 15/03/2024, 19:24 WIB
Taufiqurrahman,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANGKALAN, KOMPAS.com - Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Bangkalan, Jawa Timur, terus menyelidiki kasus tertinggalnya kepala bayi dalam rahim seorang perempuan asal Desa Panpajung, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Bangkalan bernama Mukarromah (25). 

Polisi memanggil Sittina, bibi Mukarromah untuk dimintai keterangan di Mapolres Bangkalan, Jumat (15/3/2024). 

Baca juga: Polres Bangkalan Periksa Bidan Puskesmas Buntut Kepala Bayi Tertinggal di Rahim

Sittina datang didampingi keluarganya. Tiba di Mapolres Bangkalan, Sitiina langsung menuju ruang penyidik. 

Usai diperiksa, Sittina menceritakan kronologi kejadian yang menimpa keponakannya itu. 

"Saya yang mendampingi Mukarromah sejak dari Polindes sampai ke Puskesmas," kata Sittina, usai menjalani pemeriksaan, Jumat (15/3/2024).

Baca juga: Kepala Bayi Tertinggal di Rahim, Ibu di Bangkalan Lapor Polisi

Sittina meneruskan, dari Polindes, bidan desa meminta agar persalinan dilakukan di Puskesmas Kedungdung sesuai aturan.

Sampai di Puskesmas Kedungdung, kandungan Mukarromah sudah masuk pembukaan empat dan langsung ditangani oleh tenaga kesehatan Puskesmas.

"Tenaga kesehatan Puskesmas minta waktu 30 menit untuk meminta kepastian rujukan ke rumah sakit Bangkalan. Namun karena tidak ada jawaban, akhirnya Mukarromah ditangani di Puskesmas," imbuh Sittina. 

Baca juga: Terungkap Fakta Kasus Kepala Bayi Tertinggal Saat Persalinan di Bangkalan

Setelah pembukaan delapan, bidan Puskesmas bernama Mega datang untuk melakukan persalinan. Setelah persalinan dilakukan, bayi yang sudah ada di pintu rahim kesulitan untuk dikeluarkan karena posisinya sungsang. 

"Ada sekitar 30 menit bayi yang terjepit di pintu rahim tak bisa keluar. Setelah ditarik-tarik akhirnya kepalanya lepas," terangnya. 

Sittina sempat protes lantaran Mukarromah sudah tidak mampu untuk melahirkan secara normal saat ditangani di Puskesmas Kedungdung. Mukarromah sudah tidak kuat menahan sakit hingga menjerit-jerit. 

"Keponakan saya pasrah saja karena ditakut-takuti jika ditangani rumah sakit Bangkalan, yang menangani banyak orang dan laki-laki yang kekar," katanya. 

Setelah bayi keluar dalam keadaan kepala tertinggal di dalam rahim, Sittina minta setengah memaksa kepada bidan Puskesmas agar Mukarromah dibawa ke rumah sakit mana pun yang bisa menangani operasi.

Baca juga: Cerita Rahmat 15 Jam Terjebak Macet Imbas Banjir Bangkalan, Buka Puasa dan Sahur di Jalan

 

Akhirnya permintaan itu disetujui. Mukarromah dirujuk ke rumah sakit swasta. Kepala bayi yang tertinggal di dalam rahim, akhirnya bisa diangkat. 

"Yang kami minta, ibu bayinya diselamatkan karena bayinya sudah meninggal," ungkapnya. 

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Bangkalan, AKP Heru Cahyo Saputro membenarkan soal pemeriksaan saksi pihak pelapor. Sitina sendiri merupakan saksi kunci yang mengetahui kronologi kejadian sejak dari Polindes hingga selesai operasi di rumah sakit swasta. 

"Saksi kunci sudah diperiksa. Selain saksi dari pelapor, ada dua tenaga kesehatan di Polindes," terang Heru melalui sambungan telepon. 

Masih ada saksi lain yang akan diperiksa oleh Satreskrim Polres Bangkalan. Surat pemanggilan sudah disampaikan kepada mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

5 Puncak Gunung di Kaldera Tengger, Ternyata Tidak Hanya Gunung Bromo

5 Puncak Gunung di Kaldera Tengger, Ternyata Tidak Hanya Gunung Bromo

Surabaya
10 Tahun Diteror Foto Mesum, Wanita di Surabaya Laporkan Teman SMP ke Polisi

10 Tahun Diteror Foto Mesum, Wanita di Surabaya Laporkan Teman SMP ke Polisi

Surabaya
Cerita Supiyah, Tukang Pijat asal Surabaya yang Pergi Naik Haji

Cerita Supiyah, Tukang Pijat asal Surabaya yang Pergi Naik Haji

Surabaya
Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditangkap Polisi

Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditangkap Polisi

Surabaya
Kisah Mbah Harjo Berhaji di Usia 109 Tahun, Hatinya Bergetar Melihat Kabah

Kisah Mbah Harjo Berhaji di Usia 109 Tahun, Hatinya Bergetar Melihat Kabah

Surabaya
PPP Beri Rekomendasi Maju Pilkada Jatim 2024 untuk Khofifah-Emil

PPP Beri Rekomendasi Maju Pilkada Jatim 2024 untuk Khofifah-Emil

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Sejarah Kerajaan Singasari: Silsilah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Sejarah Kerajaan Singasari: Silsilah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Surabaya
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas Sejauh 3 Kilometer

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas Sejauh 3 Kilometer

Surabaya
Bayi Laki-laki Ditemukan di Teras Rumah Warga, Banyak Rumput Menempel di Tubuhnya

Bayi Laki-laki Ditemukan di Teras Rumah Warga, Banyak Rumput Menempel di Tubuhnya

Surabaya
Kisah Nenek Penjual Bunga Tabur di Lumajang Menabung Belasan Tahun demi Naik Haji

Kisah Nenek Penjual Bunga Tabur di Lumajang Menabung Belasan Tahun demi Naik Haji

Surabaya
Gunung Semeru Meletus 7 Kali Sabtu Pagi

Gunung Semeru Meletus 7 Kali Sabtu Pagi

Surabaya
Pria di Probolinggo Perkosa Sepupu Istri, Dibawa ke Hotel 3 Hari

Pria di Probolinggo Perkosa Sepupu Istri, Dibawa ke Hotel 3 Hari

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com