"Kalau musim kemarau pasti ada penyiraman makam juga, kalau musim hujan seperti ini hanya tabur bunga saja," jelasnya.
Dalam tradisi nyekar atau nyadran di Lumajang, ada tiga jenis bunga yang wajib ada yakni bunga cempaka putih, kenanga dan melati.
Menurut Edi, salah seorang pengunjung TPU Jogoyudan, selain tiga bunga itu boleh ditambahkan bunga lainnya seperti mawar, anggrek, hingga daun pandan.
Edi menyebut, pemberian bunga ini merupakan simbol dari doa yang dikirimkan kepada para leluhur.
"Kita ini orang Jawa kan biasa menyimbolkan sesuatu, jadi doa itu kita simbolkan dalam bentuk wewangian yaitu bunga," kata Edi.
Selain bunga, Edi juga biasa membakar dupa saat melakukan tradisi nyadran. Khususnya saat ia hendak memperbaiki makam keluarganya yang sudah rusak.
Menurut Edi, hal ini dilakukan dalam rangka pamit kepada ibu bumi atau tempat kelak kita akan disemayamkan.
Baca juga: Mengintip Tradisi Nyadran di Karanggude Kulon Banyumas, Sembelih Kambing dan Doa Bersama
"Kalau dalam Islam ini kita tawasul kepada leluhur karena adanya kita ini kan dari Sang Maha Pencipta melalui mereka, karena juga telah memberi kita banyak mulai dari kita lahir sampai mati nanti dari situ," jelasnya.
Keunikan lainnya, proses nyekar atau nyadran di Lumajang adalah adanya beberapa orang yang fanatik enggan menggunakan bunga tertentu.
Seperti daun pandan. Selain karena tanaman ini tidak wajib, biasanya hal ini dilakukan karena orang yang telah meninggal semasa hidupnya tidak menyukai wewangian jenis tanaman tersebut.
"Biasanya ada yang fanatik tidak mau bunga tertentu, itu karena orangnya waktu hidup gak mau bunga ini, tapi kalau sekarang sudah jarang," kata Bambang, juru kunci TPU Jogoyudan.
Sore hari jelang taraweh, jadi waktu paling favorit warga di Lumajang untuk datang ke makam keluarganya.
Kata Bambang, saking banyaknya yang datang, area parkir yang disediakan sampau tidak muat menampung kendaraan pengunjung.
Baca juga: 5 Tradisi Nyadran di Jawa yang Dilakukan Jelang Bulan Ramadhan
Bahkan, saking padatnya sampai ada yang memarkirkan kendaraannya hingga memasuki area makam atau dekat makam keluarganya.
"Puncaknya itu pas malam puasa, pasti ramai mulai jam 2 sore sampai maghrib. Parkiran ini gak cukup jadi ada yang sampai bawa kendaraannya masuk juga," terang Bambang.