NGANJUK, KOMPAS.com – Malam itu menjelang azan Isya berkumandang, Kamis (28/12/2023), tangis Idha Suryawati (37) pecah.
Perempuan yang kini tinggal di Desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, itu tak kuasa membendung air matanya saat membopong bayi yang baru saja dilahirkannya.
Bayi yang belum genap berusia enam bulan itu sudah dalam kondisi tak bernyawa, meninggal sejak dalam kandungan atau stillbirth.
“Maunya enggak ingin nangis, tapi mungkin naluri seorang ibu akhirnya nangis juga,” kata Idha saat menceritakan pengalaman pahitnya itu kepada Kompas.com, Sabtu (6/1/2024).
Baca juga: KPU Diputus Bersalah Tak Penuhi Kuota Caleg Perempuan, DCT Didesak Direvisi
Proses persalinan tersebut dijalani Idha di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kertosono.
Sebelumnya, Idha oleh keluarganya dilarikan ke RSUD Kertosono pada Kamis (28/12/2023) sekitar 08.30 WIB, karena tiba-tiba plasenta atau ari-ari bayinya keluar dengan sendirinya.
Sesampainya di RSUD Kertosono, Idha langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Waktu itu, kenang Idha, petugas mengabarkan bahwa detak jantung bayi di kandungannya mulai melemah.
Selang beberapa jam setelahnya, sekitar pukul 11.00 WIB, oleh petugas Idha dipindahkan ke ruang tindakan.
Saat diperiksa di ruang tindakan itulah baru diketahui bahwa bayi yang dikandung Idha sudah berpulang, tak bernyawa.
Terpaksa Idha harus mendapatkan perangsang kontraksi. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya si bayi berhasil dikeluarkan sekitar pukul 14.50 WIB.
Baca juga: Bawaslu: KPU Langgar Administrasi karena Keterwakilan Caleg Perempuan Tak Capai 30 Persen
Selesai menjalani persalinan, Idha disarankan untuk tak melihat bayi yang baru dilahirkannya itu hingga mentalnya benar-benar siap.
“Waktu aku sudah dibersihkan, bayi mau dibawa pulang, aku minta ke suami, aku mau gendong dulu. Di situlah aku nangis, suami nangis juga karena lihat aku nangis,” sebut Idha.