"Ya tinggal mainkan wayang saja. Kalau menghafal malah nantinya bisa lupa,” pungkas pelajar yang bercita-cita jadi dalang dan pilot ini.
Sunarno mengungkapkan perihal penampilan anaknya di Malaysia. Itu bermula dari adanya undangan pihak panitia Janda Baik Festival.
"Jadi kami diundang. Mungkin mereka pernah lihat Madjid tampil. Sebab pernah juga ada aktivis dari Malaysia yang datang ke Kediri, yaitu Zharif Afandi,” ujar Sunarno.
Sunarno menambahkan, anaknya itu memang gemar berkesenian termasuk bermain wayang.
Semua itu dipelajari Madjid secara otodidak. Sebab, Sunarno \merasa tidak pernah memaksakan anaknya itu.
Hanya saja, kata pria yang juga dosen psikologi di sebuah kampus negeri di Kota Kediri, sejak kecil Madjid tumbuh dan berkembang dalam atmosfer kesenian.
Sebab dirinya kebetulan juga suka dan menggemari wayang sehingga kerap mengajak Madjid menonton pertunjukan wayang. Ternyata Madjid pun kerap menonton wayang melalui gadgetnya.
"Jadi gurunya ya lingkungannya itu, pengalamannya itu,” lanjut Sunarno.
Baca juga: Wirawan, Dalang Generasi Terakhir yang Pertahankan Eksistensi Wayang Palembang
Dalam hal praktik berkesenian, Madjid selama ini kerap manggung di tiap acara yang digelar di sekolahnya. Itu mulai dari baca puisi, pantomim, tari Remo, hingga mendalang.
Selain di sekolahnya, Madjid juga kerap diundang komunitas kebudayaan yang tengah mempunyai hajat atau berkegiatan.
Namun Sunarno mengatakan, konteksnya bukan faktor ekonomi atau diundang untuk mendapatkan uang.
"Kalau ada yang ngundang nanggap gitu malah saya minta untuk sambatan saja. Sambatan itu salah satu tradisi yang artinya saling membantu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.