Salin Artikel

Cerita Madjid, Dalang Cilik asal Kediri yang Bakal Tampil di Malaysia

Siswa kelas 3 sekolah dasar di Sekolah Alam Ramadhani itu bakal tampil bersama para seniman negeri jiran pada Festival Janda Baik di Pahang.

Selain di festival tersebut, dia juga akan tampil sebagai pembuka di beberapa event lainnya.

Selain mendalang, putra pasangan Sunarno dan Ulya itu juga direncanakan akan membawakan tarian tradisional. Madjid kebetulan multitalenta dalam berkesenian.

Madjid mengatakan, lakon wayang yang akan dia bawakan nanti berjudul “Gemati Marang Bumi” atau Kasih Sayang terhadap Bumi.

Lakon itu sengaja dibawakan untuk mendorong isu-isu kepedulian terhadap lingkungan.

"Temanya tentang climate change," ujar Madjid ditemui Kompas.com di sekolahnya saat akan berangkat ke Malaysia, Kamis (16/11/2023).

Secara umum, lakon itu tentang sosok Black Man dengan karakter Rahwana yang menebang pepohonan dan merusak hutan untuk mendirikan pabrik minyak.

Itu menyebabkan bencana banjir, longsor, perubahan suhu panas bumi, hingga makhluk hidup menjadi korban.

Karakter Bagong dan Bogang mencoba mengingatkan Black Man agar berhenti mendirikan pabrik-pabrik minyak.

Namun, mereka gagal. Akhirnya, yang bisa mengatasi perilaku Black Man adalah karakter Sang Hanoman.

"Jadi sudah menjadi tugas manusia untuk merawat bumi, bukan merusaknya," lanjut Madjid.

Adapun perihal persiapannya tampil di mancanegara itu, Madjid menuturkan tidak memerlukan waktu yang lama. Bahkan latihannya pun sekadarnya saja.

"Kadang latihan kalau sore pulang sekolah. Tapi ya jarang," ungkapnya.

Madjid menurutkan, dirinya hanya membaca naskah yang dibuat Sunarno, sang bapak. Dia mengambil inti cerita dan tidak perlu menghafalkan dialog dalam naskah tersebut.

"Ya tinggal mainkan wayang saja. Kalau menghafal malah nantinya bisa lupa,” pungkas pelajar yang bercita-cita jadi dalang dan pilot ini.

Sunarno mengungkapkan perihal penampilan anaknya di Malaysia. Itu bermula dari adanya undangan pihak panitia Janda Baik Festival.

"Jadi kami diundang. Mungkin mereka pernah lihat Madjid tampil. Sebab pernah juga ada aktivis dari Malaysia yang datang ke Kediri, yaitu Zharif Afandi,” ujar Sunarno.

Sunarno menambahkan, anaknya itu memang gemar berkesenian termasuk bermain wayang.

Semua itu dipelajari Madjid secara otodidak. Sebab, Sunarno \merasa tidak pernah memaksakan anaknya itu.

Hanya saja, kata pria yang juga dosen psikologi di sebuah kampus negeri di Kota Kediri, sejak kecil Madjid tumbuh dan berkembang dalam atmosfer kesenian.

Sebab dirinya kebetulan juga suka dan menggemari wayang sehingga kerap mengajak Madjid menonton pertunjukan wayang. Ternyata Madjid pun kerap menonton wayang melalui gadgetnya.

"Jadi gurunya ya lingkungannya itu, pengalamannya itu,” lanjut Sunarno.

Dalam hal praktik berkesenian, Madjid selama ini kerap manggung di tiap acara yang digelar di sekolahnya. Itu mulai dari baca puisi, pantomim, tari Remo, hingga mendalang.

Selain di sekolahnya, Madjid juga kerap diundang komunitas kebudayaan yang tengah mempunyai hajat atau berkegiatan.

Namun Sunarno mengatakan, konteksnya bukan faktor ekonomi atau diundang untuk mendapatkan uang.

"Kalau ada yang ngundang nanggap gitu malah saya minta untuk sambatan saja. Sambatan itu salah satu tradisi yang artinya saling membantu,"  pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/16/095539078/cerita-madjid-dalang-cilik-asal-kediri-yang-bakal-tampil-di-malaysia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke