Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Pedagang Pakaian di Pasar Besar Kota Malang Tak Mampu Bersaing dengan E-Commerce

Kompas.com - 12/09/2023, 19:29 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Pedagang pakaian di Pasar Besar Kota Malang, Jawa Timur, mengeluhkan penurunan omzet. Mereka merasa tidak mampu menghadapi persaingan dengan perdagangan online melalui platform e-commerce.

Hal itu salah satunya dikeluhkan oleh pedagang bernama Hanifah (40). Dia mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang ke Pasar Besar Kota Malang dengan membagikan video melalui akun TikTok-nya, @hanif_alfathir.

Menurutnya, saat ini pakaian yang dijual secara elektronik lebih murah dibandingkan dengan yang ada di pasar-pasar rakyat. Sementara itu, baginya beradaptasi ke e-commerce tidak mudah.

"Kita live, kalau tidak punya viewers, followers, pedagang-pedagang biasa sulit bisa dapat seperti ongkir gratis, sulit bisa dibantu," kata Hanifah dalam video TikTok-nya.

Baca juga: Polisi Periksa Sejumlah Saksi Terkait Aksi Pembacokan di Kota Malang

Saat ditemui, Hanifah mengatakan, dirinya tidak bermaksud menyalahkan keberadaan platform e-commerce. Namun, sebagai pedagang pasar, ia merasakan penghasilannya yang terus mengalami penurunan.

Dia mengatakan, omzet yang diterima saat ini mengalami penurunan sekitar 50 - 60 persen dibandingkan saat dan sebelum pandemi Covid-19.

"Sekarang sehari omzet Rp 3 juta sudah alhamdulillah. Dulu sewaktu corona (pandemi Covid-19) masih sekitar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Sebelum corona (pandemi Covid-19) pernah Rp 40 juta, Rp 35 juta," kata Hanifah, Selasa (12/9/2023).

Baca juga: Warung Sate di Kota Malang Terbakar, Diduga akibat Korsleting

Saat ini, para pembeli di kiosnya rata-rata merupakan langganannya, yakni para pedagang pakaian kecil. Namun, langganannya juga semakin berkurang tiap tahunnya.

"Tapi mereka (pedagang pakaian kecil) banyak yang tidak langganan lagi, jawabannya karena sepi, atau langsung beli di Jakarta. Langganan saya pedagang pakaian kecil, kalau mereka sepi kemudian tidak berjualan lagi, langganan saya berkurang," katanya.

Hanifah pernah mencoba berjualan pakaiannya secara online dengan live. Namun, dia merasa kesulitan beradaptasi.

"Pernah mencoba, tapi sewaktu live lelah ngomong terus, live di Instagram, yang order juga sedikit. Saya juga ibu rumah tangga, ada kesibukan di rumah juga, enggak selalu pegang HP," katanya.

Dia pesimistis para pedagang pasar dapat beradaptasi dengan berjualan secara online. Menurutnya, tidak semua pedagang pasar bisa melakukan hal itu. Hanifah berharap, pemerintah memiliki solusi untuk membantu para pedagang.

"Pedagang di sini kan juga ada yang sudah tua-tua, gaptek, paling tidak butuh pelatihan yang gratis, tetapi juga difasilitasi peralatannya. Atau tidak pasar ini dipromosikan sebagus mungkin, entah dibuat wisata atau seperti apa, tapi jangan dibongkar," katanya.

Senada dengan yang disampaikan Jamiludin, pedagang pakaian laki-laki di Pasar Besar Kota Malang. Ia merasa dagangannya semakin sepi pembeli. Menurutnya, penjualan pakaian yang ada di e-commerce lebih cepat laku karena model yang ditawarkan bermacam dan baru.

"Saya tidak berjualan online, karena tidak paham, tidak ada waktu, tidak ada tempat juga. Sekarang yang online ramai, pakaian yang dijual juga modelnya keluarannya baru-baru," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 22 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Produk Minyakita Palsu Beredar di Pacitan

Produk Minyakita Palsu Beredar di Pacitan

Surabaya
Cerita Sopir Truk Kendaraannya Ditembak Pengemudi Lain di Tol Surabaya: Sempat Saya Kejar

Cerita Sopir Truk Kendaraannya Ditembak Pengemudi Lain di Tol Surabaya: Sempat Saya Kejar

Surabaya
16 Unit Rusunawa Romokalisari Surabaya Disegel Usai Tak Dihuni Pemilik

16 Unit Rusunawa Romokalisari Surabaya Disegel Usai Tak Dihuni Pemilik

Surabaya
Bukit Kuneer di Malang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Bukit Kuneer di Malang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Surabaya
Dua Warga di Situbondo Tewas Digorok, Warga: Pelaku Sering Halusinasi seperti Kerasukan

Dua Warga di Situbondo Tewas Digorok, Warga: Pelaku Sering Halusinasi seperti Kerasukan

Surabaya
Hampir Sepekan Diusir dari Unit, 27 KK Warga Rusunawa Gunungsari Surabaya Tidur di Halaman

Hampir Sepekan Diusir dari Unit, 27 KK Warga Rusunawa Gunungsari Surabaya Tidur di Halaman

Surabaya
Diduga Lupa Ingatan, Jemaah asal Jember Sempat Hilang dari Asrama Haji Surabaya

Diduga Lupa Ingatan, Jemaah asal Jember Sempat Hilang dari Asrama Haji Surabaya

Surabaya
Curiga dengan Penyebab Kematian, Polisi Bongkar Makam Seorang Pria di Ponorogo

Curiga dengan Penyebab Kematian, Polisi Bongkar Makam Seorang Pria di Ponorogo

Surabaya
Kasih Tak Sampai, Motif Pria di Surabaya Teror Teman Perempuannya hingga 10 Tahun

Kasih Tak Sampai, Motif Pria di Surabaya Teror Teman Perempuannya hingga 10 Tahun

Surabaya
Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditetapkan Tersangka

Pria Peneror Teman Perempuannya Selama 10 Tahun Ditetapkan Tersangka

Surabaya
Gunung Semeru 3 Kali Keluarkan Awan Panas dalam 24 Jam

Gunung Semeru 3 Kali Keluarkan Awan Panas dalam 24 Jam

Surabaya
Banjir Bandang Terjang Maluku Tengah, Tanggul Sungai Jebol dan Rumah Warga Terendam

Banjir Bandang Terjang Maluku Tengah, Tanggul Sungai Jebol dan Rumah Warga Terendam

Surabaya
Petani di Madiun Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Petani di Madiun Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus

Surabaya
Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Jual Sabu di Rumah, Suami Istri di Buleleng Digerebek Polisi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com