BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengaku bersyukur dapat hidup damai di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Dudung, meski Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras, agama, budaya dan adat-istiadat yang berbeda-beda, namun tetap bersatu.
"Tidak seperti di Timur Tengah yang sering konflik karena hanya satu golongan seperti Irak, Afghanistan hingga Yaman," kata Dudung saat berkunjung ke Kampung Pancasila di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (23/8/2023).
Baca juga: Melihat Kampung Pancasila di Desa Senduro Lumajang, Hidup Berdampingan dalam Perbedaan
Dalam sambutanya, Dudung juga mengingatkan kepada siapa saja untuk tidak mengganggu NKRI yang masyarakatnya heterogen.
"Yang mencoba mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa hati-hati. Ini pengalaman saya waktu itu," ungkap Dudung.
Baca juga: Cegah Sampah Masuk Laut, Sungai di Banyuwangi Dipasangi Jaring Penghalang
Menurut Dudung, adanya Kampung Pancasila tersebut dapat mempererat tali persaudaraan antar-golongan.
"Ini luar biasa tentunya, semoga terus dipertahankan. Mudah-mudahan ini terus disosialisasikan bahwa memang keberagaman perbedaan ini menjadi indah," ucap Dudung.
Dudung mengapresiasi kerukunan masyarakat di Kampung Pancasila Banyuwangi.
"Apabila kita bersatu, kita saling tolong-menolong saling membantu, maka akan luar biasa. Jangan sampai terprovokasi," tegas Dudung.
Dudung berharap, Kampung Pancasila di Banyuwangi dapat dijadikan contoh maupun tolok ukur kampung-kampung yang lain dalam bermasyarakat.
"Maka kita jangan merasa yang paling benar, paling betul sendiri. Jadi semuanya sama, jadi saya sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kerukunan di sini," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Patoman, Suwito, mengaku senang wilayahnya dikunjungi oleh orang nomor satu di jajaran TNI AD.
"Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Jenderal Dudung. Semoga ini menjadi pemantik semangat kami dalam melestarikan keberagaman," katanya.
Suwito mengatakan, kerukunan di Desa Patoman terbentuk secara alami.
"Iya, jadi bukan dibuat-buat. Di desa kami semuanya alami," ujar Suwito.
Baca juga: Busana Adat Suami Istri Asal Banyuwangi Terpilih Jadi Terbaik Ketiga Saat Upacara di Istana
Menurutnya, di Desa Patoman ada sejumlah pemeluk agama. Mulai Hindu, Islam, Buddha dan Kristen. Semuanya hidup berdampingan dan rukun.
“Di desa kami ini pura banyak, masjid dan mushala juga banyak. Kami bersyukur dengan yang lain tidak pernah ada gesekan," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.