Namun, kata dia, terdapat 65 persen dari balita yang tidak mendapatkan ASI dengan alasan tubuh sang ibu tidak dapat memproduksi ASI.
Penyebab terakhir, sebutnya, terkait dengan masalah pola asuh atau “parenting”. Secara spesifik, Hasto merujuk pada anak balita yang tidak mendapatkan pengasuhan yang baik dari kedua orang tuanya.
Pada kesempatan itu, Hasto memuji capaian Pemerintah Kabupaten Blitar yang berhasil menekan prevalensi stunting menjadi 14,5 persen pada 2021.
Bahkan, lanjutnya, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), terjadi penurunan sebesar 0,2 persen pada 2022 di Kabupaten Blitar sehingga prevalensi stunting menjadi 14,3 persen.
“Pemerintah Pusat ini cita-citanya 14 persen. Tapi Kabupaten Blitar ini sudah duluan 14,3 persen,” ujar Hasto.
Hasto menyebtukan sejumlah wilayah di Indonesia dimana prevalensi stunting masih tinggi, yakni Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.