Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Targetkan Prevalensi Stunting 18 Persen pada Akhir 2023

Kompas.com - 22/08/2023, 18:09 WIB
Asip Agus Hasani,
Krisiandi

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, pemerintah menargetkan terjadinya penurunan angka stunting sebesar 3 persen dari 2022 hingga akhir 2023

Jika target penurunan angka stunting tersebut tercapai, kata Hasto, maka prevalensi stunting tahun 2023 akan menjadi 18 persen.

“Kita bersyukur sekarang ini angka stunting sudah turun jadi 21,6 persen. Jadi dari 2021 ke 2022 turun 2,8 persen atau dari 24,8 persen menjadi 21,6 persen,” ujar Hasto kepada wartawan usai membuka acara Program Edukasi dan Intervensi Stunting yang diselenggarakan oleh BKKBN dan Dexa Group di Blitar, Selasa (22/8/2023).

Baca juga: Resmikan Program Melon Mas, Wali Kota Semarang Dorong Kaum Milenial Ikut Tangani Stunting

“Kita berharap akhir tahun ini turun 3 persen lebih, sehingga akhir tahun ini (angka stunting) 18 persen atau kurang,” tambahnya.

Hasto juga mengungkapkan harapannya bahwa target laju penurunan angka stunting sebesar 3 persen per tahun dapat dipertahankan hingga akhir 2024 sehingga prevalensi stunting akan menjadi 14 persen pada akhir 2024.

Dia mengaku optimistis target penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024 dapat tercapai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo mengalokasikan anggaran sebesar 186,4 triliun atau 5,6 persen dari total anggaran dalam Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) untuk sektor kesehatan.

Selain itu, lanjutnya, berbagai pihak terkait akan terus melakukan upaya penanganan dan pencegahan kasus stunting atau balita yang mengalami gizi buruk.

Dalam hal penanganan kasus stunting, Hasto mencontohkan bahwa bayi yang berisiko stunting, yakni bayi lahir dengan panjang kurang dari 48 cm dan berat kurang dari 2,5 kilograrm, maka harus mendapatkan penanganan khusus.

Baca juga: Kepala BKKBN Sebut Fenomena Seks Bebas di Kalangan Remaja Berakibat Maraknya Pernikahan Dini

“Untuk bayi berisiko stunting harus mendapatkan pendampingan, harus mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan asupan gizi tambahan yang cukup,” terangnya.


Dalam upaya pencegahan, kata dia, pemerintah akan memastikan bagaimaa agar ibu hamil tidak dalam kondisi anemia atau kekurangan darah.

“Buat perempuan, kalau mau menikah lingkar lengan jangan terlalu kecil karena terlalu kurus karena ini meningkatkan risiko stunting pada bayinya nanti,” ujarnya.

3 penyebab stunting

Menurut Hasto, sejauh ini terdapat tiga hal yang menjadi penyebab terjadinya stunting di Indonesia.

Pertama, kata dia, anak balita yang mengalami sakit-sakitan seperti sering mencret, sering demam, atau bahkan terserang penyakit TBC.

Penyebab kedua, lanjut Hasto, kurangnya asupan nutrisi terutama akibat tidak mendapatkan air susu ibu (ASI).

Baca juga: Gubernur Viktor Klaim Angka Stunting di NTT Turun Drastis Selama Pemerintahannya

“Penyebab kedua ini antara lain karena tidak disusui oleh ibunya. Mungkin karena sibuk bekerja sehingga tidak tersusui dengan baik,” ujarnya.

Namun, kata dia, terdapat 65 persen dari balita yang tidak mendapatkan ASI dengan alasan tubuh sang ibu tidak dapat memproduksi ASI.

Penyebab terakhir, sebutnya, terkait dengan masalah pola asuh atau “parenting”. Secara spesifik, Hasto merujuk pada anak balita yang tidak mendapatkan pengasuhan yang baik dari kedua orang tuanya.

Prevalensi stunting Blitar 14,3 persen

Pada kesempatan itu, Hasto memuji capaian Pemerintah Kabupaten Blitar yang berhasil menekan prevalensi stunting menjadi 14,5 persen pada 2021.

Bahkan, lanjutnya, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), terjadi penurunan sebesar 0,2 persen pada 2022 di Kabupaten Blitar sehingga prevalensi stunting menjadi 14,3 persen.

“Pemerintah Pusat ini cita-citanya 14 persen. Tapi Kabupaten Blitar ini sudah duluan 14,3 persen,” ujar Hasto.

Hasto menyebtukan sejumlah wilayah di Indonesia dimana prevalensi stunting masih tinggi, yakni Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Debt Collector Abal-abal Rampas Motor Seorang Ibu di Jalan, Alasannya Menunggak Angsuran

Debt Collector Abal-abal Rampas Motor Seorang Ibu di Jalan, Alasannya Menunggak Angsuran

Surabaya
Pengosongan 43 Unit Rusunawa di Surabaya Memanas, Satu Anak Terluka

Pengosongan 43 Unit Rusunawa di Surabaya Memanas, Satu Anak Terluka

Surabaya
Viral soal Penerima Beasiswa KIP Hedon, Mahasiswi Unej: Itu Ulah Oknum, Kami Dirugikan

Viral soal Penerima Beasiswa KIP Hedon, Mahasiswi Unej: Itu Ulah Oknum, Kami Dirugikan

Surabaya
3.228 Kasus TBC Ditemukan di Surabaya Usai Periksa Kelompok Rentan

3.228 Kasus TBC Ditemukan di Surabaya Usai Periksa Kelompok Rentan

Surabaya
Nelayan Bangkalan Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter

Nelayan Bangkalan Tangkap Buaya Sepanjang 3 Meter

Surabaya
Remaja Korban Ledakan Balon Udara di Ponorogo Meninggal dalam Perawatan

Remaja Korban Ledakan Balon Udara di Ponorogo Meninggal dalam Perawatan

Surabaya
Diah Pun Tak Pernah Pulang...

Diah Pun Tak Pernah Pulang...

Surabaya
'Flushing' 2 Bendungan di Blitar, Warga Diimbau Jauhi Sungai Brantas

"Flushing" 2 Bendungan di Blitar, Warga Diimbau Jauhi Sungai Brantas

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Di Stasiun Paron Ngawi, Sang Kakak Menunggu Diah yang Ternyata Telah Terbunuh..

Di Stasiun Paron Ngawi, Sang Kakak Menunggu Diah yang Ternyata Telah Terbunuh..

Surabaya
Mantan Bupati dan Anggota DPRD Jatim Ikuti Penjaringan Calon Bupati Blitar dari PDI-P

Mantan Bupati dan Anggota DPRD Jatim Ikuti Penjaringan Calon Bupati Blitar dari PDI-P

Surabaya
Pantai Ngantep di Malang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Pantai Ngantep di Malang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Surabaya
Polisi Tangkap Warga Madura yang Curi Kabel Milik PT Telkom di Jember

Polisi Tangkap Warga Madura yang Curi Kabel Milik PT Telkom di Jember

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com