Suryantoko mengaku, pekerjaan di kebun dimulai sekitar pukul 05.00 WIB. Dan pulang pukul 12.00 WIB, atau hanya setengah hari.
Dia mendapat upah sebesar Rp 50.000 per hari. Dibayarkan dua kali dalam satu bulan, yakni setiap tanggal 18 dan 23.
"Saya sistem kerjanya per bulan hanya 12 hari. Untuk jatah libur dapat diambil setiap dua minggu sekali. Jadi langsung panjang liburnya," ucap Sur.
Namun jika ada tambahan pekerjaan lembur, maka Suryantoko maupun buruh lain akan mendapat upah tambahan pula.
"Biasanya ada tambahan upah nyemprot kebun jambu, per 1 hektar dapat upah Rp 108.000. Sehari bisa selesai," terangnya.
Baca juga: Longsor Terjang Area Perkebunan di Nganjuk, Tanaman Cengkeh dan Durian Tertimpa Material
Suryantoko, akan memperoleh tambahan pendapatan lagi jika dirinya mendapat tugas borongan dari atasan.
"Kemarin ada tugas kerjaan 20 hektar kebun suruh nyemprot sendiri. Sistem borongan. Alhamdulillah lah disyukuri," ucapnya.
Suryantoko bersyukur atas pekerjaan itu. Meski bisa dibilang pas-pasan, setidaknya sudah berhasil mengantarkan pendidikan anak pertamanya lulus jenjang SMA.
"Anak saya itu perempuan tiga. Pertama sudah lulus Alhamdulillah. Yang satu mau masuk SMA dan yang terakhir SMP," jelasnya.
Suryantoko pennah mengalami hari-hari di saat dia tak memiliki uang untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya. Dia pun terpaksa harus meminjam ke koperasi kebun
"Apalagi saat ini. Butuh biaya agak besar karena harus memasukkan anak ke SMA," imbuhnya.
Menurut Suryantoko, pihak perkebunan menyediakan koperasi simpan pinjam.
"Jadi misal kita tidak punya uang. Bisa bon dulu, nanti dipotong gaji. Begitu sistemnya. Dan tidak ada agunan jaminan. Yang penting kerja di situ," ungkap Suryantoko.
Sebagai tambahan sampingan penghasilan, di rumah Suryantoko di Desa Sragi, dirinya punya kandang ternak sapi.
"Enggak banyak, hanya dua ekor. Siapa tahu ada kebutuhan mendesak, bisa dijual," ujarnya.
Baca juga: Menteri Hadi Klaim Sertifikat Tanah Hasil Eks-Perkebunan Tembus 300 Persen
Selama bekerja sebagai buruh harian lepas di Perkebunan Bayu Kidul, Suryantoko dan rekan kerjanya mengaku banyak dibantu oleh pihak pengelola perkebunan.
"Ya misal ada yang sakit atau meninggal dunia, maka dibantu. Berupa santunan," terangnya.
Sebab para buruh tersebut tidak mendapat jaminan kesehatan maupun ketenagakerjaan dari perkebunan tersebut.
"Tapi kalau terjadi kecelakaan kerja, pihak kebun pasti membantu untuk pengobatan," tandas Suryantoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.