Salin Artikel

Melihat Perjuangan Buruh Lepas di Perkebunan Lereng Gunung Raung Banyuwangi

Suami dari Suburiyah (42) itu mengaku sudah sekitar 19 tahun mengabdi sebagai buruh di perkebunan, tepatnya pada medio 2004. Perkebunan tempatnya bekerja memproses komoditi cengkeh, kopi, teh, dan jambu.

Bagi Suryantoko pahit getir yang dialami dalam pekerjaannya merupakan bentuk tanggung jawab agar dapat menafkahi anggota keluarga.

"Susah senang dalam sebuah pekerjaan itu sudah biasa," kata Suryantoko, saat ditemui Kompas.com, di Pinus Camp, Songgon, pada Minggu (23/7/2023) malam.

Awal mula 

Sur bercerita, awal mula dirinya memutuskan bekerja sebagai buruh di Perkebunan Bayu Kidul. Faktor ekonomi menjadi alasannya.

Saat itu, kata Suryantoko, mencari pekerjaan sedang sulit-sulitnya. 

Sur mulanya diposisikan sebagai petugas juru jemur kopi dan cengkeh dari hasil alam di Perkebunan Bayu Kidul.

"Paling awal saya menjadi petugas penjemuran," ungkap Suryantoko.

Pada mulanya, Sur merasakan pekerjaannya sangat berat. Bayangkan, dalam sehari dia harus menjemur berkuintal-kuintal biji kopi dan cengkeh.

Kalau cuaca sedang bagus, proses penjemuran berjalan lancar. Namun jika kondisi hujan, maka biji kopi dan cengkeh itu harus diangkat.

"Iya ditutup terpal, agar tidak terkena air lagi. Supaya tetap kering," ujar Sur.

Menurut Sur, proses pengeringan maksimal biasanya dilakukan satu sampai dua minggu penjemuran. Namun kalau cuaca hujan maka bisa satu bulan.

"Suka dukanya ya pas kondisi hujan itu. Itu berlaku untuk kopi maupun cengkeh," terang Sur.

Pas-pasan

Dua tahun menjadi tenaga penjemuran, Suryantoko akhirnya dirotasi. Dia pindah posisi sebagai tenaga penyemprotan tanaman kebun.

"Pekerjaan saya nyemprot jambu sekarang," ujar Suryantoko.

Suryantoko mengaku, pekerjaan di kebun dimulai sekitar pukul 05.00 WIB. Dan pulang pukul 12.00 WIB, atau hanya setengah hari.

Dia mendapat upah sebesar Rp 50.000 per hari. Dibayarkan dua kali dalam satu bulan, yakni setiap tanggal 18 dan 23.

"Saya sistem kerjanya per bulan hanya 12 hari. Untuk jatah libur dapat diambil setiap dua minggu sekali. Jadi langsung panjang liburnya," ucap Sur.

Namun jika ada tambahan pekerjaan lembur, maka Suryantoko maupun buruh lain akan mendapat upah tambahan pula.

"Biasanya ada tambahan upah nyemprot kebun jambu, per 1 hektar dapat upah Rp 108.000. Sehari bisa selesai," terangnya.

Suryantoko, akan memperoleh tambahan pendapatan lagi jika dirinya mendapat tugas borongan dari atasan.

"Kemarin ada tugas kerjaan 20 hektar kebun suruh nyemprot sendiri. Sistem borongan. Alhamdulillah lah disyukuri," ucapnya.

Suryantoko bersyukur atas pekerjaan itu. Meski bisa dibilang pas-pasan, setidaknya sudah berhasil mengantarkan pendidikan anak pertamanya lulus jenjang SMA.

"Anak saya itu perempuan tiga. Pertama sudah lulus Alhamdulillah. Yang satu mau masuk SMA dan yang terakhir SMP," jelasnya.

Meminjam uang 

Suryantoko pennah mengalami hari-hari di saat dia tak memiliki uang untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya. Dia pun terpaksa harus meminjam ke koperasi kebun

"Apalagi saat ini. Butuh biaya agak besar karena harus memasukkan anak ke SMA," imbuhnya.

Menurut Suryantoko, pihak perkebunan menyediakan koperasi simpan pinjam.

"Jadi misal kita tidak punya uang. Bisa bon dulu, nanti dipotong gaji. Begitu sistemnya. Dan tidak ada agunan jaminan. Yang penting kerja di situ," ungkap Suryantoko.

Sebagai tambahan sampingan penghasilan, di rumah Suryantoko di Desa Sragi, dirinya punya kandang ternak sapi.

"Enggak banyak, hanya dua ekor. Siapa tahu ada kebutuhan mendesak, bisa dijual," ujarnya.

Selama bekerja sebagai buruh harian lepas di Perkebunan Bayu Kidul, Suryantoko dan rekan kerjanya mengaku banyak dibantu oleh pihak pengelola perkebunan.

"Ya misal ada yang sakit atau meninggal dunia, maka dibantu. Berupa santunan," terangnya.

Sebab para buruh tersebut tidak mendapat jaminan kesehatan maupun ketenagakerjaan dari perkebunan tersebut.

"Tapi kalau terjadi kecelakaan kerja, pihak kebun pasti membantu untuk pengobatan," tandas Suryantoko.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/07/25/144359378/melihat-perjuangan-buruh-lepas-di-perkebunan-lereng-gunung-raung-banyuwangi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke