"Waktu itu, kondisi pasien sudah dalam keadaan kurang baik. Muntah-muntah, sulit makan dan anaknya cukup lemas, serta tangan dan kakinya dingin sekaligus denyut nadinya sudah mulai meningkat," beber Agung.
Baca juga: Diduga Cabuli Muridnya, Guru Ngaji di Kota Malang Ditangkap Polisi
Ia pun ditelepon oleh perawat untuk yang mengonsultasikan kondisi pasien tersebut. Agung memprediksi Avito mengalami infeksi pencernaan dengan dehidrasi berat.
"Proses pemasangan infus itu memang mengalami kendala hingga baru terpasang kurang lebih satu jam," tuturnya.
Saat itu, Agung merasa aneh dengan kondisi pasien. Sebab umumnya ketika mengalami dehidrasi berat, pasien tidak sadar. Namun Avito saat itu masih sadar.
"Kondisi itu memang terjadi saat pasien baru datang di rumah sakit. Ia masih bisa bicara," ujarnya.
Baca juga: Tak Ditemukan Kesalahan, Dugaan Malapraktik Operasi Usus Buntu di Palembang Berakhir Damai
Tidak lama usai pemasangan infus, pasien mengalami muntah-muntah. Tim medis langsung memberikan suntikan obat mual dan lambung.
Namun, kondisi pasien malah mengalami kejang-kejang setelah beberapa waktu diberi obat pada selang infus.
"Melihat kondisi itu, dokter IGD meminta izin ke saya untuk melakukan evaluasi ulang yang mengalami perubahan," tuturnya.
Namun, saat dilakukan evaluasi dari tim medis, pasien tiba-tiba mengalami henti jantung dan didiagnosa mengalami gangguan irama jantung.
“Sesuai SOP medis, dengan kondisi itu perlu dilakukan resusitasi dengan napas bantuan dan pijat jantung. Namun, setelah dilakukan pijat jantung nyawa korban tak tertolong,” tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.