Salin Artikel

Keluarga Pasien Anak di Malang Duga Ada Malapraktik hingga Sebabkan Kematian, RS Prasetya Husada Membantah

Keluarga menuding terjadi malapraktik yang mengakibatkan Alvito meninggal dunia. Namun pihak rumah sakit membantah tudingan tersebut.

Keterangan ayah korban

Ayah korban, Imam Jazuli mengatakan kecurigaan atas dugaan malapraktik itu bermula saat dirinya merujuk anaknya ke RS Prasetya Husada akibat mengalami sakit, Selasa (13/6/2023).

Ketika itu anaknya mengalami mual-mual disertai demam.

"Saat sampai di IGD sekitar pukul 23.30 WIB, anak saya langsung mendapatkan perawatan dan diinfus. Setelah itu agak mendingan," ungkapnya.

Kecurigaan kemudian muncul, ketika beberapa waktu kemudian salah satu perawat memberikan obat suntik di kantong infus sebanyak dua kali. Namun, lima menit berselang, anaknya justru kejang dan meronta-ronta.

"Katanya obat mual. Disuntikkan dua kali," tuturnya.

Setelah melaporkan kondisinya ke petugas rumah sakit, pihaknya menilai pihak rumah sakit cukup lambat.

"Anak saya itu sudah kritis, kejang-kejang, meronta-ronta. Tapi respons dari rumah sakit kayak santai. Saya waktu itu sudah panik," terangnya.

Perawat kemudian memberi tahu bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

"Baru beberapa waktu kemudian datang perawat memeriksa anak saya, dan mengatakan jika detak jantungnya sudah berhenti alias meninggal pada Rabu (14/6/2023) pukul 00.30 WIB," imbuhnya.

Tanggapan pihak RS

Menanggapi hal itu, RS Prasetya Husada mengatakan bahwa penanganan pasien sudah sesuai dengan prosedur operasi standar (Standart Operational Procedure/SOP).

Direktur RS Prasetya Husada, Dr Prima Evita mengatakan pihaknya telah melakukan audit internal, dan menegaskan penanganan medis kepada pasien Avito sudah sesuai prosedur.

"Kami melakukan audit internal dan tidak ditemukan adanya pelanggaran SOP," terangnya saat konferensi pers, Kamis (22/6/2023).

"Waktu itu, kondisi pasien sudah dalam keadaan kurang baik. Muntah-muntah, sulit makan dan anaknya cukup lemas, serta tangan dan kakinya dingin sekaligus denyut nadinya sudah mulai meningkat," beber Agung.

Ia pun ditelepon oleh perawat untuk yang mengonsultasikan kondisi pasien tersebut. Agung memprediksi Avito mengalami infeksi pencernaan dengan dehidrasi berat.

"Proses pemasangan infus itu memang mengalami kendala hingga baru terpasang kurang lebih satu jam," tuturnya.

Saat itu, Agung merasa aneh dengan kondisi pasien. Sebab umumnya ketika mengalami dehidrasi berat, pasien tidak sadar. Namun Avito saat itu masih sadar.

"Kondisi itu memang terjadi saat pasien baru datang di rumah sakit. Ia masih bisa bicara," ujarnya.

Tidak lama usai pemasangan infus, pasien mengalami muntah-muntah. Tim medis langsung memberikan suntikan obat mual dan lambung.

Namun, kondisi pasien malah mengalami kejang-kejang setelah beberapa waktu diberi obat pada selang infus.

"Melihat kondisi itu, dokter IGD meminta izin ke saya untuk melakukan evaluasi ulang yang mengalami perubahan," tuturnya.

Namun, saat dilakukan evaluasi dari tim medis, pasien tiba-tiba mengalami henti jantung dan didiagnosa mengalami gangguan irama jantung.

“Sesuai SOP medis, dengan kondisi itu perlu dilakukan resusitasi dengan napas bantuan dan pijat jantung. Namun, setelah dilakukan pijat jantung nyawa korban tak tertolong,” tukasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/06/22/183414078/keluarga-pasien-anak-di-malang-duga-ada-malapraktik-hingga-sebabkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke