Lantaran anak pertama dan keduanya tidak bersekolah, adik-adik mereka juga ikut-ikutan tidak mau untuk sekolah.
"Saya secara ingin pingin anak-anak saya bisa sekolah. Tapi mau gimana lagi, kondisi kami seperti ini. Pendapatan juga tidak menentu," ujar dia.
Suaminya, Choirul Anam hanya bekerja sebagai operator kereta kelinci alias odong-odong dan penghasilan yang didapat setiap harinya tak menentu.
Namun kondisi kesehatannya kini mulai menurun sehingga tidak bekerja.
Adapun Yunita sendiri berjualan lontong mie di rumahnya. Sehari-hari, ia hanya mengantongi uang Rp 40.000 untuk kebutuhan makan keluarganya.
Sedangkan keluarga yang harus dihidupi ada tujuh anak, termasuk satu yang masih ada di dalam kandungan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan, keempat anak Choirul dan Yunita mau kembali mengenyam pendidikan sekolah.
Apalagi, kata dia, para tetangga juga memberikan dukungan penuh kepada anak-anak Choirul agar semangat sekolah.
"Jadi sebenarnya anak ini sudah sekolah, di sekolah terbuka, tapi ketika pandemi dia putus sekolah lagi. Jadi saya sampaikan harus sekolah lagi, nanti saya pantau sendiri," kata Eri.
Baca juga: Uji DNA Potongan Tubuh di Sidoarjo dan Surabaya Butuh Waktu 1 Bulan
Eri juga memberikan sejumlah bantuan kepada mereka, antara lain sepeda.
"Sepeda buat anaknya sekolah, kasur biar tidak lagi tidur di lantai dan pekerjaan untuk bapaknya. Kalau anaknya biar sekolah dulu," kata Eri.
Eri juga meminta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Serta Pertanahan (DPRKPP) untuk melakukan perbaikan rumah keluarga tersebut.
"Nanti akan dicek Cipta Karya (DPRKPP) untuk dilakukan perbaikan (renovasi), yang penting cahaya masuk, sirkulasi udara bagus, lampunya ditata, dan kamar mandi diperbaiki," kata Eri.
Eri meminta keluarga itu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Apalagi, saat ini istri dari Choirul kembali mengandung anaknya yang ketujuh.
"Saya juga bilang sama bapaknya, wes mandek-mandek (berhenti), ayo melok (ikut) KB. Ini mau ada tujuh (anak). Jadi ibunya juga steril," kata Eri.
"Ini mengajarkan kepada warga Surabaya, jangan banyak-banyak anak. Memang banyak anak banyak rezeki, tapi kalau tidak bisa menyekolahkan terus gimana nanti kalau besar," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.