Salin Artikel

Kisah Keluarga Choirul di Surabaya, Punya 6 Anak, 4 di Antaranya Putus Sekolah

Namun lantaran hanya memiliki pendapatan yang pas-pasan, empat anaknya terpaksa putus sekolah.

4 anak putus sekolah

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah petak berukuran 2x4 meter persegi di Jalan Bulak Timur II Nomor 14 B, Surabaya, Jawa Timur.

Keduanya dikaruniai enam anak, yakni FRP (18) yang putus sekolah di jenjang SMP, kemudian RDF (16) putus sekolah di jenjang SD, RK (12) putus sekolah di jenjang SD.

Kemudian, MZ (10) hanya bersekolah di jenjang TK, NCN (6) berencana mendaftar SD tahun ini dan RAA yang masih berusia satu tahun.

Selain enam anak itu, Yunita Puji Lestari masih mengandung anak ketujuh yang saat ini berusia delapan bulan di dalam kandungan.

Jalan kaki saat sekolah

Alasan keempat anaknya putus sekolah tentu saja karena faktor ekonomi. Choirul dan Yunita sudah tidak sanggup membiayai kebutuhan sekolah anak-anaknya.

Yunita bercerita bahwa anak pertamanya FRP putus sekolah karena tidak punya ongkos untuk pulang pergi ke sekolah.

Jarak antara rumah dengan SMP 18 Surabaya yang terletak di Kenjeran sekitar 8 kilometer.

Lantaran tak punya sepeda motor dan sepeda kayuh, FRP terpaksa berjalan kaki menuju sekolah. HIngga akhirnya FRP hanya sekolah sampai di bangku kelas 2.

Sebelumnya, FRP masih bisa sekolah karena kegiatan sekolah bisa dilakukan dari rumah via zoom.

Namun, setelah sekolah tatap muka kembali diberlakukan, ia tak memiliki biaya untuk memberikan ongkos transportasi kepada anaknya.

"Jaraknya (sekolah) jauh kalau dari sini (rumah Yunita), nggak ada ongkos juga buat naik angkot, akhirnya memilih berhenti sekolah," kata Yunita di Surabaya, Jumat (16/6/2023).

Sementara adik-adiknya terpengaruh dengan lingkungan. Banyak anak-anak seusianya juga tidak bersekolah saat itu.

RDF putus sekolah saat masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar.

Lantaran anak pertama dan keduanya tidak bersekolah, adik-adik mereka juga ikut-ikutan tidak mau untuk sekolah.

"Saya secara ingin pingin anak-anak saya bisa sekolah. Tapi mau gimana lagi, kondisi kami seperti ini. Pendapatan juga tidak menentu," ujar dia.

Pendapatan pas-pasan

Suaminya, Choirul Anam hanya bekerja sebagai operator kereta kelinci alias odong-odong dan penghasilan yang didapat setiap harinya tak menentu.

Namun kondisi kesehatannya kini mulai menurun sehingga tidak bekerja.

Adapun Yunita sendiri berjualan lontong mie di rumahnya. Sehari-hari, ia hanya mengantongi uang Rp 40.000 untuk kebutuhan makan keluarganya.

Sedangkan keluarga yang harus dihidupi ada tujuh anak, termasuk satu yang masih ada di dalam kandungan.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan, keempat anak Choirul dan Yunita mau kembali mengenyam pendidikan sekolah.

Apalagi, kata dia, para tetangga juga memberikan dukungan penuh kepada anak-anak Choirul agar semangat sekolah.

"Jadi sebenarnya anak ini sudah sekolah, di sekolah terbuka, tapi ketika pandemi dia putus sekolah lagi. Jadi saya sampaikan harus sekolah lagi, nanti saya pantau sendiri," kata Eri.

Eri juga memberikan sejumlah bantuan kepada mereka, antara lain sepeda.

"Sepeda buat anaknya sekolah, kasur biar tidak lagi tidur di lantai dan pekerjaan untuk bapaknya. Kalau anaknya biar sekolah dulu," kata Eri.

Eri juga meminta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Serta Pertanahan (DPRKPP) untuk melakukan perbaikan rumah keluarga tersebut.

"Nanti akan dicek Cipta Karya (DPRKPP) untuk dilakukan perbaikan (renovasi), yang penting cahaya masuk, sirkulasi udara bagus, lampunya ditata, dan kamar mandi diperbaiki," kata Eri.

Eri meminta keluarga itu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Apalagi, saat ini istri dari Choirul kembali mengandung anaknya yang ketujuh.

"Saya juga bilang sama bapaknya, wes mandek-mandek (berhenti), ayo melok (ikut) KB. Ini mau ada tujuh (anak). Jadi ibunya juga steril," kata Eri.

"Ini mengajarkan kepada warga Surabaya, jangan banyak-banyak anak. Memang banyak anak banyak rezeki, tapi kalau tidak bisa menyekolahkan terus gimana nanti kalau besar," tutur dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/06/16/155159078/kisah-keluarga-choirul-di-surabaya-punya-6-anak-4-di-antaranya-putus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke