Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hari Hilang di Hutan Gunung Kelud, Pencari Madu Ditemukan Lemas di Dasar Jurang

Kompas.com, 8 Juni 2023, 23:22 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Andi Hartik

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Seorang pencari madu bernama Mohadi (23) yang hilang di lereng Gunung Kelud kawasan Hutan Damarwulan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, akhirnya ditemukan pada Kamis (8/6/2023).

Warga Dusun Laharpang, Desa Puncu, yang hilang sejak Selasa (6/6/2023) itu ditemukan dalam keadaan selamat.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri Stefanus Djoko Sukrisno mengatakan, korban ditemukan dalam keadaan tersadar dan tidak mengalami luka fisik yang berarti.

Baca juga: Pencari Madu Hilang di Hutan Gunung Kelud Kediri, Tim SAR Diterjunkan

Hanya saja kondisinya lemas dan kesulitan untuk berkomunikasi yang diduga karena dehidrasi, sehingga langsung dievakuasi untuk penanganan lebih lanjut.

"Korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Kediri di Pare untuk pemeriksaan mendalam," ungkap Stefanus Djoko saat dihubungi Kompas.com, Kamis.

Pihaknya juga masih belum mengetahui penyebab hilangnya korban karena kondisinya yang belum bisa berkomunikasi tersebut.

Baca juga: Fakta Dahsyatnya Ledakan di Blitar, Terdengar hingga Kediri, Tetangga Korban: Saya Kira Gunung Kelud Meletus

Pencarian besar-besaran

Pencarian terhadap Mohadi dilakukan oleh para relawan search and rescue (SAR) dari berbagai institusi dan warga desa setempat sejak ada laporan hilang pada Rabu (7/6/2023).

Bahkan, pada Kamis (8/6/2023), pencarian dilakukan secara besar-besaran karena melibatkan lebih dari 200 orang pencari yang didominasi warga setempat.

"Itu karena sudah memasuki hari ketiga hilangnya korban. Apalagi ada kepercayaan warga lokal perihal sakralnya hari Jumat legi besok," ujar Wemphy Christyanto, relawan dari Barisan SAR Daerah (BASARDA) Lereng Kelud.

Wemphy menuturkan, dari pencarian akbar itu, akhirnya bisa menemukan korban di sebuah lembah yang berjarak sekitar 2,5 kilometer dari jalan setapak lokasi penemuan sepeda motornya.

Kondisi medan tersebut, masih kata Wemphy, cukup sulit dijangkau karena lebatnya hutan dan jurang. Bahkan, tingkat kemiringan tanah sekitar 45 derajat sehingga evakuasi harus menggunakan tali.

"Tetua warga yang pertama menemukan lalu kita bantu evakuasinya. Akses lokasinya tanah 1 meter dan kanan kirinya sudah jurang," lanjutnya.

Korban kemudian ditandu menuju posko pencarian yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan untuk kemudian dibawa ke klinik terdekat.

Dari klinik, Mohadi kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten Kediri yang ada di pusat kota untuk penanganan lebih lanjut.

Sebelumnya diberitakan, operasi SAR dilakukan untuk menemukan Muhadi (23) yang tidak kunjung pulang saat mencari madu di hutan Damarwulan, Kecamatan Puncu, sejak Selasa (6/6/2023).

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau