BANYUWANGI, KOMPAS.com - Video dua orang pemuda yang mengaku sebagai warga Banyuwangi, Jawa Timur, viral di media sosial.
Dalam video itu, pemuda tersebut mengaku mengalami penyiksaan di perbatasan Myanmar dan Thailand. Kedua pemuda itu mengaku tertipu dan meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo untuk dipulangkan ke Banyuwangi.
Video tersebut diunggah oleh akun TikTok dengan nama @andre_aries atau andreasrichardo8 pada Senin (22/5/2023) atau dua hari lalu.
Baca juga: Guru SD di Banyuwangi Perkosa Murid hingga Hamil
Video tersebut mendapat ribuan komentar dari netizen dengan berbagai tanggapan. Tak terkecuali menyebar di berbagai grup WhatsApp warga Banyuwangi.
Dalam video pertama, pemuda tersebut mengaku bernama Ahmad Sugiantoro (21). Dia mengaku ditipu oleh agen perusahan yang memberangkatkannya.
Baca juga: 2 PMI Meninggal di Malaysia Dipulangkan ke Flores Timur, Penyebab Kematian Belum Diketahui
Ahmad dipekerjakan di perbatasan antara Myanmar dan Thailand. Pemuda tersebut juga mengaku mengalami penyiksaan secara tidak manusiawi dan mendapat intimidasi.
Atas tindakan yang telah ia dapatkan, pemuda tersebut meminta bantuan kepada Presiden Jokowi untuk segera dipulangkan.
"Pak perkenalkan nama saya Ahmad Sugiantoro asal dari Banyuwangi. Saya di sini ditipu oleh agen saya, Pak. Dipekerjakan di perbatasan antara Myanmar dan Thailand. Saya meminta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat. Saya di sini disiksa secara tidak manusiawi dan diintimidasi. Tolong saya Pak, supaya segera dipulangkan," ucap Ahmad Subiantoro dalam video itu.
Sedangkan dalam video kedua, pemuda tersebut mengaku bernama Muhammad Nur Ilyas (22). Narasi yang diucapkan oleh pemuda itu tak jauh berbeda dengan pemuda pada video yang pertama.
Dia juga meminta tolong kepada Presiden Joko Widodo karena mendapat penyiksaan yang tidak manusiawi di tempatnya bekerja.
"Nama saya Muhammad Nur Ilyas, saya dari Banyuwangi. Saya di sini minta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat. Saya disiksa secara tidak manusiawi dan diintimidasi. Tolong saya ya, Pak," demikian kata Muhammad Ruhiyat.