MALANG, KOMPAS.com - Polisi menemukan modus lain yang dilakukan para tersangka dalam kasus robot trading Auto Trade Gold (ATG) dalam melakukan usaha gelapnya.
Situasi pandemi Covid-19 dan mendekati para tokoh publik jadi cara untuk memberikan rasa kepercayaan terhadap masyarakat.
Baca juga: Polisi Ungkap Aset Wahyu Kenzo yang Telah Dijual dan Digadaikan
Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, pihaknya masih mendalami kemungkinan korban dari tokoh publik, pejabat, atau selebritis.
Salah satu persenter Olive Lee telah menyatakan ke publik menjadi korban robot trading ATG.
"Kami masih mendalami seperti yang ada di media dan diinfokan oleh masyarakat, sejauh ini belum ada," kata Budi saat dikonfirmasi, Minggu (19/3/2023).
Budi tidak memungkiri para tersangka mendekati pejabat, tokoh publik, dan lainnya, sebagai upaya memberikan rasa percaya kepada masyarakat untuk memuluskan usahanya.
"Pola-pola yang dilakukan tersangka mendekati pejabat, tokoh publik seolah memberikan rasa kepercayaan terhadap masyarakat, seperti hanya sekedar foto bisa memberikan dampak besar terhadap usaha robot trading ATG," katanya.
Para tersangka mengiming-imingi masyarakat bahwa usaha yang dilakukan tidak pernah merugi sehingga adanya rasa kepercayaan.
Selain itu, situasi pandemi Covid-19 dimanfaatkan sebagai momen untuk menggaet anggota.
"Sejak Maret 2020 robot trading ATG berlangsung, di sini memanfaatkan psikis masyarakat sehingga percaya duit instan," katanya.
Selain Wahyu Kenzo, polisi telah menetapkan RE yang merupakan marketing dan salah satu founder sebagai tersangka kasus tersebut.
Budi mengatakan, skema yang dilakukan oleh para tersangka mirip dengan ponzi.
"Lebih kurang seperti ponzi. Jadi, mereka ini menyampaikan bahwa uang yang didepositkan itu, akan dikelola di luar negeri. Tetapi, kenyataannya bukan seperti itu," katanya.
Baca juga: Polisi Tegaskan Kegiatan Robot Trading ATG Wahyu Kenzo Tidak Berizin
Budi menyampaikan, kondisi member bermacam-macam. Seperti ada yang sudah pernah untung, tidak untung sama sekali, dan lainnya.
"Memang ada klasifikasi masyarakat yang pernah ada sudah WD (withdraw), sudah deposit tapi tidak pernah untung, pernah untung sama sekali, tapi bagi mereka yang menggulung melipat lagi itu tidak dapat untung kembali," katanya.
Budi mencontohkan, saat seseorang melakukan penarikan uang di mesin anjungan tunai mandiri (ATM), orang itu akan mendapat uang tunai.
Namun, pada kasus robot trading ATG, keuntungan hanya tertera pada akun dan tak bisa ditarik untuk diuangkan.
Sehingga, keuntungan yang diyakini oleh para member tersebut hanya sebatas pada angka-angka yang tertera tersebut.
"Misal, korban melakukan deposit Rp 100 juta dan kemudian menjadi Rp 1,5 miliar. Tetapi, hal itu tidak bisa dicairkan, dan inilah yang membuat masyarakat masih merasa bahwa robot trading ATG memberikan dampak dan hasil yang besar," katanya.
Kasat Reskrim Polresta Malang Kota Kompol Bayu Febrianto Prayoga mengungkapkan, para korban harus melakukan pembelian produk minuman nutrisi sebelum melakukan investasi di ATG.
"Jadi, beli produk minuman nutrisi itu bonus robot trading ATG. Setelah itu, korban dapat mengaktivasinya," katanya.
Setelah akun aktif, maka dalam skema yang ditawarkan, uang investasi milik member akan dikelola oleh broker dari luar negeri dan dijanjikan keuntungan tinggi.
Namun nyatanya, uang dari member tidak dikelola oleh broker dari luar negeri, melainkan oleh manajemen ATG.
Baca juga: Polisi Tegaskan Kegiatan Robot Trading ATG Wahyu Kenzo Tidak Berizin
"Jadi, uang deposit atau investasi itu dibayarkan ke member lain untuk penarikan atau withdraw. Dalam hal ini, uang deposit member dibayarkan untuk member lagi," katanya.
Dengan skema tersebut, uang member ATG justru dipakai dan dibayarkan kepada member lainnya sebagai keuntungan. Sehingga sesungguhnya, tidak ada keuntungan sama sekali dari skema tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.