Beberapa saat setelah kejadian, polisi menduga bahwa ledakan itu berasal dari bahan peledak mercon atau petasan yang disimpan atau sedang diracik di rumah Darman. Dugaan itu didasarkan pada informasi warga sekitar yang menyebut bahwa kebiasaan penghuni rumah adalah membuat petasan setiap menjelang bulan puasa Ramadhan.
Selain itu, bau belerang menyengat tercium di area rumah Darman beberapa saat setelah ledakan.
Menjelang siang setelah tim penjinak bahan peledak dan bom dan Gegana Brimob serta Labfor Polda Jatim melakukan olah tempat kejadian, polisi meyakini bahwa ledakan berasal dari serbuk bahan peledak petasan. Sebab, ditemukan sejumlah bubuk mesiu (black powder) dan bubuk sulfur di antar reruntuhan rumah Darman.
Baca juga: Suara Ledakan di Blitar Terdengar hingga Kediri, Warga: Kaca Rumah Bergetar
Menyusul hasil sementara olah TKP oleh personel Gegana Brimob dan Divisi Labfor, Argo mengatakan, dugaan kuat pihak kepolisian bahwa ledakan berasal dari bahan peledak petasan yang tergolong low explossive.
“Tim Labfor juga menemukan puntung rokok di satu titik yang dapat diduga ledakan terjadi akibat tersulut rokok. Dugaan ini sejalan dengan infomasi warga bahwa penghuni rumah tersebut semuanya merokok,” ujarnya.
Baca juga: Ledakan Hebat Terjadi di Ponggok Blitar, 4 Tewas dan 25 Rumah Rusak
Sesuai dengan sifatnya, kata Argo, bahan peledak low explossive berarti mudah meledak. Membedakan dengan bahan peledak high explossive yang tidak mudah meledak dan membutuhkan detonator untuk menyulut ledakan.
Kuatnya ledakan, kata dia, disebabkan oleh banyaknya jumlah bahan peledak yang tersulut dan meledak di rumah Darman. Diperkirakan, jumlah bahan peledak itu berjumlah 10 hingga 15 kilogram. Perkiraan itu didasarkan pada temuan tiga panci rusak di sekitar titik ledakan yang diduga digunakan sebagai wadah tempat menyimpan bahan peledak petasan tersebut.
“Kalau setiap panci diisi 3 hingga 5 kilogram maka semuannya ada 10 hingga 15 kilogram,” ujarnya.
Argo tidak dapat menjawab dengan gamblang saat ditanya apakah bahan peledak petasan seberat 10 hingga 15 kilogram memiliki daya ledak serta dampak kerusakan yang begitu kuat dan luas seperti yang terjadi di Dusun Sadeng tersebut.
Baca juga: Ledakan Maut yang Menewaskan 4 Orang di Blitar Diduga Berasal dari Petasan
Dia justru menjelaskan temuan tiga panci sejalan dengan keterangan warga sekitar bahwa ledakan di rumah Darman terjadi sebanyak 3 kali secara beruntun dengan ledakan pertama merupakan yang paling besar.
“Agak sulit ya memperkirakan berapa banyak bahan petasan yang meledak karena sudah meledak. Yang dapat kita jadikan dasar ya tiga panci tadi,” ujar Argo tanpa menjelaskan ukuran panci yang dimaksud.
Argo juga mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan apakah hasil racikan sendiri oleh penghuni rumah Darman. Polisi, lanjutnya, juga belum dapat memastikan apakah bahan peledak petasan sebanyak itu hendak digunakan sendiri atau diperdagangkan.
Meski demikian, dia akui bahwa berdasarkan catatan kepolisian, razia-razia petasan yang digelar polisi di setiap bulan puasa Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri di tahun-tahun yang telah lewat banyak menemukan petasan dan bahan peledak petasan dalam jumlah besar di Dusun Sadeng dan sekitarnya.
“Ini menjadi tugas kepolisian untuk mengungkap. Nanti kami akan sampaikan hasil penyelidikannya,” ujar Argo.
Penyelidikan tersebut diharapkan juga akan mengungkap kepemilikan bahan peledak, apakah milik Darman atau milik dua anaknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.