Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Tenun Ikat Kediri, Kain yang Pernah Dipakai Song Kang hingga Presiden Jokowi

Kompas.com, 21 November 2022, 20:45 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Kain tenun ikat Kota Kediri, Jawa Timur, kian melambung namanya setelah dipakai artis Korea Song Kang hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Song Kang baru-baru ini memakai kain khas Kota Kediri setelah mendapatkannya dari desainer Didiet Maulana.

Sedangkan Jokowi memakainya dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 melalui desainer Wignyo Rahadi yang berkolaborasi dengan perajin tenun asal Bandar Kidul, Kota Kediri, Erwin.

Selain Jokowi, ada sekitar 110 orang dalam ajang itu yang turut menggunakan kain produk dari Erwin itu.

Bandar Kidul merupakan sebuah kelurahan yang memiliki belasan perajin tenun ikat. Saking banyaknya penenun, wilayah itu dikenal sebagai sentra tenun ikat. Bahkan kini menjadi kawasan wisata.

Aktor Korea Selatan, Song Kang yang mengenakan baju tenun ikat dari Kediri hasil rancangan Didiet Maulana, desainer dari Indonesia. ANTARA/HO-Pemkot Kediri Aktor Korea Selatan, Song Kang yang mengenakan baju tenun ikat dari Kediri hasil rancangan Didiet Maulana, desainer dari Indonesia. ANTARA/HO-Pemkot Kediri
Para perajin di sana rata-rata meneruskan usahanya secara turun temurun dari leluhurnya. Dan semuanya hingga saat ini masih teguh dengan alat tenun tradisional atau alat tenun bukan mesin (ATBM).

Baca juga: Tenun Ikat: Pengertian, Sejarah, dan Jenis-jenisnya

Seorang perajin, Siti Rukayah (53), meneruskan usaha yang telah dirintis oleh keluarga Munawar, suaminya.

"Kami ini sudah generasi ke tiga," ujar Rukayah, pemilik merek kain tenun ikat Medali Mas itu kepada Kompas.com pekan lalu.

Rukayah mengungkapkan, sejarah tenun ikat di wilayahnya itu cukup panjang yang awalnya tersebar di penjuru Kediri hingga kini akhirnya mengerucut di wilayah Bandar Kidul itu.

"Dulu sudah ada sejak tahun 1910," ungkapnya.

Awalnya, kata ibu dua anak ini, perajin dipelopori oleh kalangan pendatang dari Arab maupun Tionghoa. Kalangan Arab memproduksi jenis sarung sedangkan Cina bikin serbet maupun stagen.


Dari situ banyak warga Kediri yang awalnya menjadi pekerja akhirnya membuka usaha sendiri dan berkembang. Ditambah juga pulangnya para pekerja bidang tenun dari luar kota.

"Juga banyak orang Kediri yang bekerja di pabrik tenun di Gresik, pulang lalu buka usaha sendiri," lanjut pemilik 70 ATBM ini.

Usaha rakyat tersebut terus berjalan, tetapi belum berkembang pesat. Bahkan sempat kolaps karena diterpa kondisi politik yang ada, yakni saat terjadi pemberontakan PKI.

Setelah prahara politik itu, perajin kembali beraktivitas. Namun tidak berselang lama, mereka harus berhadapan dengan masuknya tenun bikinan pabrik.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau