LUMAJANG, KOMPAS.com - Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) tidak hanya berdampak kepada pemilik kendaraan. Para pengusaha Pertashop juga terancam gulung tikar.
Pertashop adalah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang hanya melayani pembelian Pertamax. SPBU ini merupakan UMKM bentukan pemerintah melalui PT Pertamina.
Salah satu pengusaha pertashop di Desa Gesang, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Mahendra mengatakan, omzet dagangannya turun drastis sejak harga BBM naik pada 1 April 2022.
Sebelum harga BBM naik, ia mengaku bisa menjual 700-1.000 liter BBM per hari. Kini, ia hanya mampu menjual 100 liter BBM per hari.
Padahal, ia harus menggaji karyawan dan membayar biaya operasional lain seperti listrik. Tak heran, usahanya kini berada di ujung tanduk.
"Pasca kenaikan 1 April omzet kita turun drastis dan rata-rata dari 35 pertashop di Lumajang terancam bangkrut karena rata-rata pakai dana talangan dari bank," kata Mahendra di Lumajang, Jumat (30/9/2022).
Baca juga: Pabrik Tripleks di Lumajang Terbakar, Diduga akibat Mesin Blower Terlalu Panas
Menurutnya, perbedaan harga antara Pertalite dan Pertamax kini terlalu jauh, sehingga masyarakat memilih membeli yang lebih murah.
Perbedaan harga yang dimaksud yakni sekitar Rp 4.500 per liter. Padahal, dulu perbedaannya hanya Rp 1.500 per liter.
Perbedaan harga yang tidak terlalu jauh, menurut Mahendra, mampu menggeser minat masyarakat untuk beralih ke BBM non-subsidi.
"Kita juga bingung dengan kebijakan pemerintah, karena niatnya kan agar masyarakat bisa dapatkan BBM dengan satu harga,," tutur Mahendra.
"Sebenarnya, teman-teman ini sudah tidak sanggup, mau tutup malu, mau buka tapi terus merugi," imbuhnya.