Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Wajib Pakai Batik Lokal untuk ASN di Sumenep Jadi Angin Segar bagi Perajin

Kompas.com, 13 Juli 2022, 13:00 WIB
Ach Fawaidi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Kebijakan menggunakan batik lokal sebagai seragam untuk aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, membawa angin segar bagi perajin batik di daerah itu. Kebijakan itu dinilai bisa membangkitkan gairah ekonomi perajin.

Hal itu salah satunya diungkapkan oleh Junaidi (38), seorang perajin batik di Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto. Menurutnya, kebijakan itu dapat menjaga kelestarian batik lokal.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bupati yang membuat kebijakan penggunaan batik untuk seragam ASN, upaya ini bisa menggairahkan ekonomi perajin kecil, dan ekonomi kami bisa terus membaik,” kata Junaidi di Sumenep, Rabu (13/7/2022).

Baca juga: Bupati Sumenep Wajibkan ASN Pakai Batik Lokal Setiap Kamis dan Jumat

Junaidi mengatakan, selama dua tahun pandemi Covid-19, para perajin batik di daerahnya mengalami dampak ekonomi yang sangat signifikan.

Penghasilan mereka menurun drastis, bahkan tidak mampu menutupi kebutuhan hidup sehari-hari karena tidak ada pesanan.

"Saat pandemi Covid-19, kami sudah tidak membatik lagi, sehingga dengan adanya kebijakan ASN berseragam batik tulis lokal ini, memberikan perubahan kepada perajin batik,” tutur Junaidi.

Baca juga: Masjid Agung Sumenep, Akulturasi dan Simbol Toleransi Antarumat Beragama

Atas dasar itu, kebijakan ASN pakai baju batik lokal diharapkan bisa berefek positif bagi perajin batik. Apalagi, lanjut Junaidi, jumlah pesanan yang sudah ia terima mencapai ribuan.

“Mudah-mudahan program ini sukses dan lancar, agar para perajin batik hidup kembali memproduksi batik tulis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” pungkasnya.

Sebelumnya, Bupati Sumenep Achmad Fauzi mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, untuk menggunakan baju batik lokal setiap hari Kamis dan Jumat.

Selain bertujuan melestarikan budaya, kebijakan itu dianggap sebagai upaya membangkitkan ekonomi warga yang sempat terdampak pandemi Covid-19 yang salah satunya adalah perajin batik.

“Kebijakan ASN memakai seragam batik produk lokal sebagai wujud perhatian Pemerintah Daerah, memulihkan perekonomian perajin batik yang lumpuh akibat wabah Covid-19,” kata Fauzi dalam keterangannya, Rabu (6/7/2022).

Baca juga: Pulang Disambut Tangisan, 7 Warga Sumenep Tertipu Travel Haji Bayar Rp 250 Juta

Fauzi menjelaskan, aturan penggunaan baju batik lokal itu nantinya akan tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) tentang Pakaian ASN Seragam Batik Lokal.

Dalam aturan itu, seluruh ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep akan diwajibkan menggunakan batik tulis modern dan batik tulis motif lama pada hari Kamis dan Jumat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau