Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganya Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Presiden, Bupati Lumajang: Mau Ketemu Siapa Saja Silakan

Kompas.com, 4 Juli 2022, 21:33 WIB
Miftahul Huda,
Andi Hartik

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Bupati Lumajang Thoriqul Haq mempersilakan warganya untuk menemui Presiden Joko Widodo dengan berjalan kaki. Menurutnya, hal itu adalah bagian dari kebebasan menyampaikan pendapat.

Seperti diketahui, sebanyak tiga orang warga Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, nekat berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk bertemu Presiden Joko Widodo.

Aksi jalan kaki yang dilakukan Pangat (52), Nur Kholik (41), dan Masbud (36), itu dilatarbelakangi oleh masalah pertambangan pasir di Desa Sumberwuluh.

Baca juga: Pangat Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Presiden Jokowi

Mereka menganggap ada human error dan perusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan pasir. Hal itu disebut sebagai penyebab desanya terpendam material pasir saat Gunung Semeru erupsi pada awal Desember 2021.

"Kalau pikiran masing-masing orang ya tidak ada yang melarang, namanya orang berpikir ya silakan, kami tidak melarang. Tapi, argumentasinya harus kuat," kata Thoriq di Kantor Bupati Lumajang, Senin (4/7/2022).

Baca juga: Cerita Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Jokowi, Sempat Diancam Akan Ditabrak Lari

Thoriq mengaku telah menemui perwakilan masyarakat dan telah melangsungkan dialog dengan mereka yang kini berangkat ke Jakarta.

"Kalau ada pertanyaan sekarang ada yang ke Jakarta, ya enggak apa-apa silakan. Mau ketemu siapa saja silakan. Nanti misalnya dikonfirmasi kepada saya sebagai bupati, apa langkah-langkahnya, saya sampaikan saya sudah ketemu dan sudah dialog," jelasnya.

Cabut 8 izin tambang

Meski begitu, pria yang akrab disapa Cak Thoriq itu menegaskan, pihaknya tidak sedang membela siapa pun, termasuk pemilik izin tambang.

Pangat (pecis) beserta Nurkolis (jaket) dan Masbud saat jalan kaki dari Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta menuju Jakarta, Rabu (29/6/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Pangat (pecis) beserta Nurkolis (jaket) dan Masbud saat jalan kaki dari Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta menuju Jakarta, Rabu (29/6/2022)
Sampai saat ini, Thoriq menyebut sudah ada delapan pemilik izin tambang yang sudah dikeluarkan rekomendasi untuk pencabutan izin karena terbukti melanggar.

"Saya tidak membela siapa pun pemilik izin tambang, saya sudah merekomendasi delapan pemilik izin tambang untuk dicabut, dan sekarang sudah turun pencabutannya dari ESDM karena salah satunya tidak bayar pajak, saya punya bukti itu," tegasnya.

Baca juga: Bupati Lumajang Keluarkan Rekomendasi Pencabutan Izin Tambang Pasir PT LJS

Menurutnya, dalam permasalahan ini, pemerintah tidak bisa serta merta mengeluarkan kebijakan. Banyak pertimbangan dan kajian yang harus dipenuhi sebelum mengeluarkan keputusan pencabutan izin maupun keputusan-keputusan yang lain.

"Jika masyarakat punya bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, ayo kita tuntaskan dulu argumentasinya. Kalau argumentasinya hanya pendapat yang itu dari pemikiran mereka tanpa argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan secara keseluruhan, ya itu tidak bisa pemerintah begitu," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau