LUMAJANG, KOMPAS.com - Satu ekor sapi berukuran jumbo di Lumajang, Jawa Timur, mati, Selasa (31/5/2022). Kematian sapi itu memperpanjang catatan kasus sapi yang mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Sapi jumbo itu merupakan milik Bagio, warga Dusun Krajan, Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
Bagio mengaku, sapinya sakit sejak seminggu yang lalu. Sapi itu sempat disuntik satu kali.
Baca juga: Kasus PMK di Lombok Tengah Melonjak, 2.035 Hewan Ternak Terpapar
Pada Senin (30/5/2022) malam, kondisi sapi kritis dan tidak sempat didatangi oleh petugas kesehatan hewan karena sedang menangani sapi yang lain.
Akhirnya, Bagio terpaksa hanya memberikan ramuan tradisional berupa empon-empon seperti imbauan yang diberikan pemerintah. Nahas, sapi seharga Rp 25 juta itu tidak bisa tertolong dan mati.
"Cuman dikasih empon-empon, tadi malam sudah telepon dokternya tapi tidak bisa datang karena sedang menangani sapi yang lain katanya," kata Bagio di rumahnya, Selasa (31/5/2022).
Baca juga: Cerita Peternak Merugi akibat PMK, Ada yang Keguguran hingga Terpaksa Dipotong
Sebenarnya, perangkat desa setempat telah berupaya untuk mengantipasi kematian sapi yang terus bertambah dengan membuat laporan ke dinas terkait. Namun, minimnya tenaga kesehatan hewan diyakini menjadi faktor lambannya penanganan sapi milik warga yang sakit.
"Sudah ada 6 ekor sapi di dusun kami yang mati dalam satu minggu ini, dokter hewan sebenarnya sudah dihubungi, tapi mungkin sedang menangani sapi yang lain," kata Indra, Kepala Dusun Krajan, Desa Bades, Kecamatan Pasirian.
Data dibuat terpusat
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lumajang terus melakukan upaya penanganan terhadap wabah PMK. Rapat dan koordinasi lintas sektor terus digelar untuk segera mengatasi wabah tersebut.
Sebab, angka kematian sapi di Lumajang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhannya. Meski begitu, Pemerintah Kabupaten Lumajang mulai tertutup terkait angka kasus PMK terhadap hewan ternak.