PONOROGO, KOMPAS.com,- Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengajukan nota protes keberatan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim pada Senin (11/4/2022) setelah Reog Ponorogo kalah dengan jamu dalam pengusulan warisan budaya tak benda ke UNESCO.
“Kami sudah ajukan nota protes kepada Mas Menteri Nadiem Makarim kemarin. Nota itu berisi keberatan (reog kalah dengan jamu). Nota protes tertulis itu kami kirim melalui surat,” ujar Sugiri saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/4/2022) sore.
Pria yang akrab disapa Kang Giri itu menuturkan, beberapa poin nota protes itu di antaranya agar Kemendikbudristek transparan terkait hasil penilaian yang menjadi rujukan mengambil keputusan.
Baca juga: Seniman Reog Ponorogo Protes Klaim Malaysia: Pak Jokowi, Jangan Hanya Diam
“Mas Menteri Nadiem harus transparan mengambil keputusan termasuk mengedepankan hasil penilaian tim penilai yang menjadi rujukan mengambil keputusan,” kata Kang Giri.
Selain itu, keputusan yang diambil tidak boleh keluar dari koridor arahan Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.
Sesuai arahan ICH UNESCO, usulan yang menjadi prioritas adalah kesenian yang terancam punah.
Sementara untuk kelengkapan mengenai sejarah reog, ia menyatakan sudah melengkapinya. Bahkan sejak akhir Maret lalu dokumen dan video sudah dikirim ke Kemendikbudristek.
“Kalau kami yang diajukan (diprioritaskan) biasanya ada asistensi terkait apa saja yang harus dilengkapi. Untuk langkah awal sudah kami serahkan ke Kemendikbudristek dan Direktorat Perlindungan Budaya,” tuturnya.
Baca juga: Kekecewaan Bupati Ponorogo pada Menteri Nadiem soal Reog Ponorogo dan Klaim Malaysia
Kang Giri mengaku bersemangat lantaran nota protes yang disampaikan juga didukung seluruh komunitas seniman reog yang ada di seluruh nusantara dan luar negeri.
Dengan demikian, hal itu semestinya membuat Nadiem berpikir kembali agar kesenian reog menjadi prioritas utama diajukan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.
“Dengan nota protes dan pergerakan komunitas reog seluruh Indonesia ini saya pikir cukup membuat Mas Menteri Nadiem mengkaji dan berpikir jernih. Masa sih usulan rakyat kecil yang komunal dan adiluhung dikalahkan korporasi,” jelas Kang Giri.
Menurutnya, jamu saat ini kondisinya sudah mapan. Untuk itu, diakui atau tidak oleh UNESCO tidak akan mengurangi eksistensi jamu di Indonesia.
Baca juga: Asal-usul Reog Ponorogo yang Diklaim Malaysia, Ada sejak Masa Kerajaan Majapahit
Sebelumnya, Bupati Ponorogo mengaku kecewa karena Nadiem tak mengusulkan reog Ponorogo sebagai wisata budaya tak benda ke UNESCO.
“Kami kaget dengan keputusan Mendikbudristek, Nadiem Makarim yang secara nyata lebih memilih jamu dibandingkan dengan memilih kesenian adiluhung reog Ponorogo untuk diusulkan ke dalam daftar ICH UNESCO. Ini bukti bahwa pemerintah abai terhadap pelestarian dan pemajuan kebudayaan asli rakyat Indonesia,” ujarnya pada Jumat (8/4/2022).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.