"Sementara warisan budaya yang lain tidak masuk dalam prioritas tersebut. Mengapa Mas Menteri Nadiem tidak memilih reog Ponorogo sebagai pengusulan berkas nominasi yang masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan pelindungan mendesak," kata Kang Giri.
Salah satu seniman reog Ponorogo, Heru Purnomo juga merasa kaget dengan keputusan Mendikbudristek yang lebih memilih mengusulkan jamu ke UNESCO.
“Kami terus terang kaget dengan keputusan Mendikbudristek yang mengabaikan suara wong cilik. Kami selama pandemi Covid-19 merasakan betul kesulitan itu. Para seniman menjerit karena kesulitan melakukan pentas," kata Heru.
Kondisi itu diperparah dengan berita Malaysia yang mau mendaftarkan reog ke UNESCO.
Baca juga: Pimpinan DPR: Upaya Malaysia Klaim Reog Harus Dihalangi
"Negara tidak hadir untuk rakyat. Kami minta Menteri merevisi keputusannya dan mengusulkan reog ke UNESCO sebagai bukti keberpihakan pada wong cilik," kata Heru.
Menurutnya, penetapan kesenian Reog Ponorogo ke dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO bertujuan agar diakui dunia internasional sehingga mampu memulihkan sektor pariwisata di Indonesia setelah pandemi .
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor : Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.