Sebagai tambahan bangunan masjid baru, dibangun dua menara di bagian depan masjid sebelah kanan dan kiri dengan ketinggian 20 meter.
Kini masjid berubah nama menjadi Masjid Agung Assyuhada Pamekasan.
Penambahan nama Assyuhada ini karena dilatarbelakangi perang pejuang orang Madura yang menolak pendudukan Belanda di Pamekasan pada tahun 1947.
Menurut Baidhawi, pada 4 Agustus 1947, Belanda mengklaim akan menundukkan Pamekasan dalam waktu sehari. Nyatanya klaim itu tidak terbukti.
Pejuang asal Madura menolak dijajah kembali oleh Belanda sehingga pada tanggal 16 Agustus 1947, para pejuang yang terdiri dari pasukan Hizbullah dan Sabilillah melakukan serangan umum terhadap Belanda.
“Serangan umum tanggal 16 Agustus 1947, banyak menelan korban baik dari kubu Belanda maupun syuhada. Belanda berhasil dipukul mundur ke arah selatan. Sedangkan di depan masjid, sekitr 1.500 mayat syuhada bergelimpangan melawan 50.000 pasukan Belanda,” ungkapnya.
Ribuan mayat syuhada itu dikubur di depan halaman masjid.
Baca juga: Awal Ramadhan, Harga 3 Jenis Cabai di Lumajang Melonjak
Sebagai penghargaan atas perjuangan syuhada, maka namanya diabadikan menjadi nama masjid yakni Masjid Agung Assyuhada.
Perubahan nama masjid ini dilakukan setelah dilakukan renovasi total pada September 1995 di bawah kepemimpinan Bupati Subagio.
Bentuk masjid lebih modern dengan bangunan seluruhnya menggunakan cor beton. Ada 360 batang cor beton yang ditancapkan ke bumi untuk memperkuat bangunan. Sebab lokasi masjid berada di pinggir sungai yang rawan longsor.
Sampai saat ini, masjid Agung Assyuhada Pamekasan masih kokoh dengan bangunan tiga lantai.
Lantai dasar ditempati kantor takmir, ruang pertemuan, balai pengobatan, dan tempat wudu.
Baca juga: Asyik Berswafoto, Pasangan Muda di Pamekasan Tercebur ke Laut karena Pagar Jembatan Roboh
Di lantai 2 dan 3, ditempati untuk ibadah dengan luas 50 x 50 meter persegi. Masjid ini mampu menampung 4.000 jemaah.
Pada bagian dinding dihiasi dengan ukiran khas Jepara. Ada 4 tiang agung di dalam masjid yang dilapisi dengan marmer.
“Kalau Idul Fitri atau Idul Adha, jemaahnya sampai 10.000 lebih dengan perluasan sampai ke halaman taman Arek Lancor,” tandas Baidhawi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.