KOMPAS.com - Belum lama publik dihebohkan dengan adanya kasus seorang ibu di Jember, Jawa Timur berinisial FN, tega membuang bayinya yang berusia satu bulan ke sumur.
FN membuang bayinya ke sumur karena sering dirundung (di-bully). Sebab, anaknya tidak disusui menggunakan air susu ibu (ASI), melainkan memakai susu formula.
Peristiwa itu terjadi di rumahnya di Dusun Bregoh, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember, Rabu (23/3/2022) lalu.
Baca juga: Sebagai Laki-laki Normal, Sakit Ada Lihat Istri Berhubungan Badan dengan Pria Lain, tapi...
Lalu apa yang harus dilakukan ketika dirundung?
Pengamat Sosiologi dari Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan, Rahmat Muhammad mengatakan, perundungan itu sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sosial, ditambah lagi dengan adanya alat bantu media sosial.
Jadi, lanjutnya, ketika kita dirundung sebaiknya tidak usah direspons.
"Jadi itu harus diabaikan saja, tidak perlu reaktif dan responsnya tidak usah berlebihan" kata Rahmat saat dihubungi Kompas.com, Senin (28/3/2022).
Baca juga: Ibu yang Buang Bayinya ke Sumur karena Sering Di-bully Jadi Tersangka
Kata Rahmat, merundung itu hanya kepuasan sesaat. Jadi. tidak ada untungnya.
"Apalagi sudah yang ada meninggal, mau tertawa di balik penderitaan orang, tentu tidak kan," tegasnya.
Masih kata Rahmat, ketika seseorang merasa tertekan dengan dirundung, maka tidak menutup kemungkinan seseorang akan melakukan di luar dari nalarnya, sama seperti yang terjadi oleh ibu ini.
Baca juga: Alasan Ibu Kandung di Jember Buang Bayinya ke Sumur, Mengaku Sering Dibully
Hal itu, sambung Rahmat, bisa dicegah jika pihak-pihak ekternal membantunya.
"Seharusnya itu tidak perlu terjadi kalau misalnya kekuatan eksternal juga ikut membantu," ujarnya.
Baca juga: Usai Buang Bayinya ke Sumur, Ibu di Jember Pura-pura Panik dan Ikut Mencari Korban
Rahmat menilai, kemungkinan orang yang merundung ibu tersebut memiliki masalah pribadi.
"Ketika ibu ini melahirkan dan menyusui anaknya pakai susu formula, dan ada orang-orang yang tidak suka dengan si ibu itu dijadikan argumentasi untuk menghukum. Itu sifanya dari personal ke kolektif," jelasnya.
Dalam kasus ini, Rahmat menilai, si ibu lemah dalam proteksi keluarga. Sebab, sangat tidak masuk akal hanya karena dirundung ia tega membunuh bayinya.
"Tapi, apa pun dapat dilakukan oleh seseorang apabila terpojok dan dia sendiri. Kemungkinan juga suami, orangtua, saudara, dan mertuanya tidak membantu akhirnya terjadi seperti ini," jelasnya.
Jadi, kata Rahmat, ini pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada untungnya perundungan itu.
"Jadi, apa untungnya merundung?" pungkasnya.
Baca juga: Terungkap, Bayi di Jember yang Ditemukan di Sumur Dibuang Ibunya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.