JOMBANG, KOMPAS.com - Banjir melanda tiga dusun di Desa Talunkidul, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sejak Jumat (11/3/2022) dini hari.
Wilayah yang terkena banjir akibat hujan lebat pada Rabu (9/3/2022) dan Kamis (10/3/2022) malam, yakni Dusun Balongsono, Dusun Kedungwesi dan Dusun Sedamar.
Kepala Desa Talunkidul Bambang Sugiyanto mengungkapkan, banjir terparah melanda Dusun Balongsono. Ketinggian banjir di permukiman penduduk itu mencapai 140 centimeter.
Akibat banjir, kata dia, aktivitas masyarakat terganggu. Jumlah warga yang terdampak banjir, masing-masing di Dusun Balongsono 300 kepala keluarga (KK), 10 KK di Dusun Kedungwesi, dan 75 KK di Dusun Sedamar.
Bambang menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan dasar warga terdampak banjir, pihaknya membuka posko dapur umum di kantor desa. Dapur umum itu dikelola relawan desa dan perangkat desa Talunkidul.
Pantauan Kompas.com, dapur umum di Kantor Desa Talunkidul sudah beroperasi sejak Jumat pagi. Para relawan tampak menyiapkan makanan siap saji untuk dibagikan kepada warga di lokasi banjir.
Baca juga: Pernikahan Sejoli di Jombang Tetap Digelar meski Banjir, Keluarga: Tadi Basah Semua, tetapi...
Bambang menuturkan, dana operasional dapur umum tidak berasal dari Dana Desa (DD) maupun dari Pemerintah Kabupaten Jombang. Pihaknya memanfaatkan dana jimpitan untuk menangani kebutuhan warga saat terjadi bencana.
“Dananya bukan dari dana desa atau dari Pemkab Jombang. Kami memanfaatkan dana jimpitan dari warga,” kata Bambang kepada Kompas.com, Jumat (11/3/2022).
Dia menjelaskan, jimpitan merupakan istilah iuran warga yang rutin dikumpulkan di desa Talunkidul, setiap sebulan sekali. Setiap kepala keluarga (KK), mengumpulkan iuran sebesar Rp. 2.000 kepada ketua RT masing-masing.
Dana jimpitan yang terkumpul dialokasikan untuk penanganan musibah, bencana maupun penanganan dampak pandemi Covid-19.
Menurut Bambang, dengan memiliki dana jimpitan yang terkumpul dari warga, Pemerintah Desa Talunkidul tak lagi kebingungan saat wilayahnya dilanda banjir.
“Dulu jimpitan berupa beras, tapi sejak tahun 2019 kita ganti dengan uang. Uang yang terkumpul disimpan ketua RT dan digunakan kalau ada kejadian atau bencana seperti sekarang ini. Jadi dengan adanya dana jimpitan, kita siap jika sewaktu-waktu ada bencana,” ujar Bambang.