PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Seorang bocah perempuan terbaring di ranjang bambu di rumahnya, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Sehari-hari, bocah bernama Rifka Dina Aulia itu menghabiskan waktunya di tempat tersebut karena mengalami sakit. Dia bahkan tidak bisa berdiri.
"Dina hanya digendong lantaran tidak bisa berdiri. Tiap hari seperti ini," kata sang paman, Salehuddin, Jumat (25/2/2022).
Baca juga: 2 Pria Asal Jember Curi Besi Proyek Nasional Tol Pasuruan-Probolinggo, Beralasan Harga Mahal
Ayah dan ibu Dina, kata Salehuddin, telah meninggal dunia.
Sang paman menuturkan, orangtua Dina telah bercerai sejak Dina berusia tiga tahun.
Delapan bulan lalu Dina menjadi piatu setelah sang ibu, Babur Rahma (30) meninggal dunia.
Selang dua bulan kemudian, ayahnya Hasan (32) menyusul menghadap Sang Khalik.
Baca juga: Kisah Nur Lela, Ngontrak di Rumah Bupati Probolinggo yang Kini Disita KPK
Dina pun menjadi seorang anak yatim piatu. Kini hanya neneknya, Suto Sari (69) yang setiap hari menemani sang cucu.
Mereka tinggal di rumah semi permanen, berdinding kayu lapuk tanpa plafon.
Sejak orang tuanya meninggal, kata Salehuddin, kondisi Dina semakin sulit. Perawatannya kian terbengkalai.
Dengan keadaan ekonomi yang memprihatinkan, Dina kesulitan untuk berobat lantaran tidak ada biaya. Bukan hanya itu, untuk makan sehari-hari pun sulit bagi Dina dan sang nenek.
Menurut sang paman, Dina lahir prematur.
"Sejak lahir sudah tidak normal kondisinya, lahirnya prematur dengan berat hanya 1,1 kilogram. Sehingga kondisinya sekarang seperti ini, tidak bisa jalan, setiap harinya hanya minum susu saja," kata Salehuddin.
Salehuddin mengatakan, Dina mengalami gizi buruk yang mengganggu pertumbuhan anak atau stunting.
Baca juga: Kisah Nur Lela, Ngontrak di Rumah Bupati Probolinggo yang Kini Disita KPK
Salehuddin menyebutkan, Dina memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Namun kerabatnya tidak tahu cara mengurus sehingga tidak dipakai. Perawatan Dina sejauh ini hanya dibawa ke bidan desa dan Puskesmas Besuk.
Sekretaris Desa (Sekdes) Sindetlami, Jamaluddin menjelaskan, Dina sudah masuk program bantuan bagi disabilitas dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Satu bulan Rp 300.000, tapi dicairkan tiga bulan sekali, jadi Rp 900.000. Untuk tahun 2022 ini, masih belum dapat karena belum genap tiga bulan, bantuan diserahkan secara tunai kepada yang bersangkutan," kata Jamaluddin.
Jamaluddin menambahkan, pihak Pemdes memantau kondisi Dina dengan menggandeng bidan desa yang memberikan pembinaan pola makan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.