Tidak Menaikkan Harga
Untuk sementara ini, para perajin tahu itu tidak mengambil langkah pengurangan kualitas maupun peningkatan harga.
Ada banyak hal yang dilakukan para perajin, salah satunya mengurangi jumlah produksi harian demi bisa memutar modal.
Seperti yang dilakukan perajin tahu merek Atim, Imron, yang memilih mengurangi jumlah produksi.
"Kita kurangi jumlah produksinya. Tapi kalau seperti ini terus menerus, kan, ya susah bagi kami," ujar Imron.
Ada juga yang merasionalisasi dengan cara mengurangi jumlah tahu dalam setiap kemasan.
Siswanto salah satunya. Misalnya kemasan yang awalnya isi 12 potong kini diisi 11 atau 10 potong saja.
Baca juga: Kedelai Mahal, Mendag Lutfi: Tahun Lalu Lebih Mahal daripada Saat Ini
Selain itu, Siswanto juga mempraktikkan subsidi pendapatan. Pendapatan dari penjualan lini tahu oleh-oleh dipakainya untuk menyokong operasional lini tahu sayur untuk kebutuhan pasar tradisional.
Ancang-ancang
Namun mereka juga menyadari jika situasi ini berlanjut terus menerus akan membuat mereka bangkrut.
Sehingga mereka juga mulai memikirkan langkah-langkah penyelamatan. Misalnya dengan menaikkan harga jual.
Siswanto mengaku akan terpaksa menaikkan harga jual kisaran Rp 200 sampai Rp 400 per potong tahu.
Misal tahu sayur ukuran jumbo yang awalnya Rp 2.000 akan menjadi Rp 2.200, tahu takwa atau tahu kuning Rp 3.000 akan menjadi Rp 3.400.
Namun kenaikan harga itu, kata dia, akan dilakukannya jika harga kedelai tidak kunjung turun.
"Selain itu jika konsumen sudah pada menyadari kondisi yang ada," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.