Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Menarik Pasuruan, Kota Santri yang Kaya Budaya

Kompas.com - 08/02/2022, 12:00 WIB
William Ciputra

Penulis

Tanggal tersebut bertepatan dengan ditunjuknya Untung Suropati sebagai Adipati Pasuruan oleh Pangeran Nerangkusuma dari Mataram Islam.

Untung Suropati merupakan sosok yang berhasil membunuh Kapten Tack, seorang perwira VOC dari Belanda.

Pada perkembangan berikutnya, justru terjadi ketegangan antara Untung Suropati dengan Mataram Islam yang didukung oleh VOC.

Sebabnya karena Untung Suropati dianggap melindungi Amangkurat III, yang sedang berseteru dengan penguasa Mataram yang didukung VOC.

Kekuasaan Untung Suropati di Pasuruan berlangsung kurang lebih 20 tahun, dan selama waktu itu dipenuhi dengan pertempuran dengan kolonial Belanda.

Baca juga: 8 Fakta Menarik Surabaya, Kota Termacet di Indonesia yang Kalahkan Jakarta

4. Pasuruan Kota Santri

Pasuruan terkenal dengan julukan Kota Santri. Hal ini merujuk pada beberapa pesantren terkenal yang ada di sana.

Di antara pondok pesantren yang ada di Pasuruan yaitu Pondok Pesantren Al-Yasini, Pondok Ngalah, hingga Pondok Pesantren Sidogiri.

Pondok Pesantren Sidogiri ini tercatat sebagai pondok pesantren tertua di Indonesia, yang didirikan pada tahun 1745.

Pondok Pesantren Sidogiri didirikan oleh Sayyid Sulaiman, yang ayahnya seorang Arab berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman.

Sementara ibunda Sayyid Sulaiman adalah Syarifah Khodijah, yaitu putri Sultan Hasanuddin Banten bin Sunan Gunung Jati.

4. Kaya Budaya

Kota Pasuruan termasuk kota yang kaya budaya, yang dibuktikan banyaknya seni budaya yang berkembang di wilayah ini.

Kebudayaan yang masih dilestarikan hingga saat ini salah satunya Petik Laut.

Petik Laut merupakan upacara adat yang dilakukan dalam rangka mengucap rasa syukur atas hasil tangkapan ikan yang melimpah sepanjang tahun.

Patik Laut diselenggarakan pada tanggal 1 Sura atau 1 Muharram, dengan diawali oleh Khotmil Quran dan lomba albanjari.

Pada acara inti, para nelayan akan menghias perahu mereka. Kemudian mereka akan melakukan larung sesaji, dalam bentuk kepala sapi dan nasi tumpeng.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com