Hingga suatu hari, Endang Ratnawati ini sedang mandi di telaga bersama beberapa orang pengawalnya.
Saat sedang asyik mandi, datang sekelompok perampok yang bermaksud mengganggu mereka.
Keributan pun segera terjadi. Orang-orang yang ada di kampung mendengar suara pertempuran, dan langsung menuju ke sumber suara.
Sesampainya di dekat telaga, masyarakat sudah mendapati Endang Ratnawati dan para pengawalnya tewas.
Mayat-mayat itu lantas dimakamkan. Pemakaman Endang Ratnawati didahului pembacaan kisah hidup dan jasa-jasanya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Singkawang, Kota yang Terkenal dengan Toleransinya
Saat itulah masyarakat baru ingat bahwa nama kecil Endang Ratnawati adalah Putri Jembersari.
Berikutnya, untuk mengenang jasa pemimpin mereka, masyarakat menamai daerah tersebut dengan nama Jember.
Sementara asal-usul nama Jember yang kedua berkaitan dengan kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk.
Suatu hari, Raja terbesar Majapahit itu melakukan perjalanan ke Bondowoso, Situbondo, hingga Puger.
Saat tiba di Puger, kereta yang ditumpangi Raja Hayam Wuruk tidak dapat melintas karena jalanan becek.
Kemudian raja dan rombongan mengucapkan kata dalam bahasa Jawa yaitu “jembrek” yang artinya becek.
Sejak saat itu, daerah Puger dikenal dengan Jember, dan saat ini, Puger menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Jember.
Sementara sejarah Kabupaten Jember sendiri bermula dari keputusan pemerintah Hindia Belanda untuk mengatur ulang pemerintahan di Jawa Timur.
Pengaturan ulang itu tertuang dalam Staatsblad Nomor 322 yang dikeluarkan tanggal 9 Agustus 1928.
Namun Staatsblad itu baru berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929, dan tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Jember.