Salin Artikel

Sejarah Jember, Kabupaten yang Asal-usul Namanya Konon dari Legenda Putri Jembersari

Kabupaten Jember berada di lerang Pegunungan Yang dan Gunung Argopura.

Bagian selatan wilayahnya membentang hingga berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 226 desa. Wilayahnya juga mencakup Taman Nasional Meru Betiri.

Asal-usul Nama Jember

Asal-usul Jember dan kapan daerah ini mulai dihuni manusia hingga saat ini belum diketahui pasti.

Namun terkait asal-usul nama Jember sendiri terdapat beberapa versi yang berkembang di masyarakat.

Versi pertama berupa cerita legenda tentang seorang puteri bernama Jembersari.

Sedangkan versi kedua berkaitan dengan kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk dari Majapahit.

Pada versi pertama dikisahkan ada kampung nelayan yang dipimpin seorang kepala kampung.

Kepala kampung nelayan ini memiliki anak gadis bernama Jembersari.

Suatu hari, kampung tersebut disatroni oleh sekelompok penjahat, hingga pertempuran tak dapat dihindarkan.

Selama pertempuran itu, kaum wanita dan anak-anak diminta untuk mengungsi, termasuk Putri Jembersari.

Para pengungsi itu berdiam di suatu daerah, dan menetap di sana.

Perkampungan yang baru itu dipimpin oleh Putri Jembersari yang merupakan anak kepala kampung nelayan.

Namun sejak memimpin daerah baru itu, Putri Jembersari mengubah namanya menjadi Endang Ratnawati.

Hingga suatu hari, Endang Ratnawati ini sedang mandi di telaga bersama beberapa orang pengawalnya.

Saat sedang asyik mandi, datang sekelompok perampok yang bermaksud mengganggu mereka.

Keributan pun segera terjadi. Orang-orang yang ada di kampung mendengar suara pertempuran, dan langsung menuju ke sumber suara.

Sesampainya di dekat telaga, masyarakat sudah mendapati Endang Ratnawati dan para pengawalnya tewas.

Mayat-mayat itu lantas dimakamkan. Pemakaman Endang Ratnawati didahului pembacaan kisah hidup dan jasa-jasanya.

Saat itulah masyarakat baru ingat bahwa nama kecil Endang Ratnawati adalah Putri Jembersari.

Berikutnya, untuk mengenang jasa pemimpin mereka, masyarakat menamai daerah tersebut dengan nama Jember.

Sementara asal-usul nama Jember yang kedua berkaitan dengan kisah perjalanan Raja Hayam Wuruk.

Suatu hari, Raja terbesar Majapahit itu melakukan perjalanan ke Bondowoso, Situbondo, hingga Puger.

Saat tiba di Puger, kereta yang ditumpangi Raja Hayam Wuruk tidak dapat melintas karena jalanan becek.

Kemudian raja dan rombongan mengucapkan kata dalam bahasa Jawa yaitu “jembrek” yang artinya becek.

Sejak saat itu, daerah Puger dikenal dengan Jember, dan saat ini, Puger menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Jember.

Pengaturan ulang itu tertuang dalam Staatsblad Nomor 322 yang dikeluarkan tanggal 9 Agustus 1928.

Namun Staatsblad itu baru berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929, dan tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Jember.

Dalam Staatsblad itu, Jember ditetapkan sebagai wilayah yang berdiri sendiri dengan nama Regenschap Djember.

Pembentukan Jember didasari dua alasan, pertama pertimbangan yuridis konstitusional dan kedua pertimbangan politik sosial.

Uniknya, sejak awal didirikan daerah ini sudah dibebani utang sekaligus bunganya dan menjadi tanggungan Regenschap Djember kepada Hindia Belanda.

Pada perkembangan berikutnya, mengacu pada Staatsblad Nomor 46 Tahun 1941, wilayah Regenschap Djember dipecah menjadi 25 Onderdistrik oleh Belanda.

Sementara saat Indonesia merdeka, melalui UU 12/1950, pemerintah pusat resmi membentuk Kabupaten Jember bersama kabupaten lain sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur.

Sumber:
Kompas.com
Jemberkab.go.id
Um.ac.id

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/06/155103778/sejarah-jember-kabupaten-yang-asal-usul-namanya-konon-dari-legenda-putri

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com