Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali Terbentuk Setelah Letusan 2014, Ini Luas Danau Kawah Gunung Kelud Sekarang

Kompas.com - 19/01/2022, 10:58 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Letusan eksplosif Gunung Kelud yang terjadi pada 2014 telah mengembalikan wujud kawah dari gunung berketinggian 1.731 mdpl itu.

Wujud kawah kubah lava yang menyembul sebagai akibat tersumbatnya saluran magma pada erupsi 2007, kini kembali menjadi cekungan kawah sebagaimana sebelumnya.

Cekungan yang mula-mula kering itu pun seiring waktu terisi air, hingga kini membentuk danau kawah. Lalu berapa luas danau kawah Gunung Kelud sekarang?

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Kelud Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Budi Prianto mengatakan, luasan kawah danau tersebut mencapai 8,5 hektare.

Namun, luasan itu menurutnya berkurang dibandingkan luasan danau pada era sebelum letusan 2007, yang berkisar 10 hektare.

"Dulu air kawah sampai ke dinding sebelah barat, sekarang berkurang sekitar 100 meteran," ujar Budi kepada Kompas.com, Selasa (18/1/2022).

Baca juga: Polisi Ancam Jerat Pengunggah Video Hoaks Status Gunung Kelud dengan UU ITE

Hanya saja untuk kedalaman danau maupun komposisi air kawah, saat ini pihaknya belum bisa memastikannya.

Soal kedalaman itu, kata dia, karena pendangkalan masih terus terjadi menyusul banyaknya sisa-sisa material vulkanis di sekitaran bibir gunung yang kembali masuk kawah karena terbawa banjir hujan.

"Kalau untuk unsur kandungan air danau, itu ranah tim kimia," ujar Budi perihal komposisi air kawah.

Kawah Gunung KeludKOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Kawah Gunung Kelud
Status Gunung Kelud

Kelud merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Level status kegunungapiannya saat ini berstatus normal aktif.

Sekadar diketahui, level status vulkanologi ada empat tingkatan, yakni normal, waspada, siaga, serta awas.

Pada level status normal itu memang memungkinkan para pengunjung bisa mendatangi kawasan gunung karena aman bagi wisatawan.

 

Hanya saja, kata Budi, kunjungan ke bagian kawah Kelud masih berisiko.

"Kalau dulu sebelum 2014 wisatawan bisa sampai ke kawah. Sekarang dibatasi cuma di ujung terowongan saja," ujar Budi.

Hal itu terjadi karena kontur medan dan potensi letusan freatik di sekitaran kawah.

Letusan freatik itu terjadi akibat uap panas maupun gas yang keluar dari lubang-lubang kerak bumi atau fumarol bersentuhan dengan air.

Baca juga: PVMBG Tambah CCTV untuk Awasi Kawah Gunung Kelud

"Takutnya kalau banyak pengunjung ke bawah (kawah), padahal di bawah itu kan masih banyak tembusan gas-gas fumarola yang kalau kemasukan air bisa menyebabkan erupsi freatik, letusan kecil-kecilan," jelasnya.

Untuk keamanan dan tujuan pengamatan kegunungapian, pada sekitar kawah tersebut dipasangi kamera pengawas atau closed circuit television (CCTV).

Ada dua unit kamera pengawas yang dipasang, yakni di sisi barat dan sisi timur kawah.

Kamera pemantau itu salah satunya terkoneksi dengan pos pengamatan yang ada di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.

Usai letusan 2014, ekosistem yang sempat rusak kini berangsur membaik. Kawasan gunung semakin menghijau dengan banyaknya tanaman yang tumbuh kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rombongan Harley-Davidson Kecelakaan di Probolinggo, Suami Istri Tewas

Rombongan Harley-Davidson Kecelakaan di Probolinggo, Suami Istri Tewas

Surabaya
Gadis 17 Tahun Diperkosa 2 Pemuda Saat Berwisata di Pulau Merah Banyuwangi

Gadis 17 Tahun Diperkosa 2 Pemuda Saat Berwisata di Pulau Merah Banyuwangi

Surabaya
Suami yang Bunuh Istrinya di Tuban Tewas usai Serahkan Diri ke Polisi

Suami yang Bunuh Istrinya di Tuban Tewas usai Serahkan Diri ke Polisi

Surabaya
Kiai Zubair Muntashor, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Wafat

Kiai Zubair Muntashor, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan, Wafat

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Remaja Hanyut Bersama Motor, Jasad Ditemukan 30 Km dari Titik Kejadian

Remaja Hanyut Bersama Motor, Jasad Ditemukan 30 Km dari Titik Kejadian

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Gempa Garut M 6.5, Guncangan Terasa Kuat di Trenggalek

Gempa Garut M 6.5, Guncangan Terasa Kuat di Trenggalek

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Surabaya
Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Surabaya
Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com