Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemburu Kroto di Kediri, Sudah Terbiasa Digigit Rangrang demi Hidupi Istri dan Anak

Kompas.com - 16/01/2022, 07:19 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Gigitan seekor saja semut rangrang atau kerengga bagi banyak orang tentu menyakitkan. Pedih.

Apalagi jika gigitan itu didapat sejumlah kerengga yang marah karena koloninya diserang. Bisa tak terbayang rasanya.

Namun bagi Wito (28), rasa sakit akibat gigitan hewan bernama ilmiah Oecophylla itu sudah menjadi hal biasa yang dirasakan. Karena di balik gigitan yang pedih itu, terdapat nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Wito, warga Desa Puhasarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu selama ini berprofesi sebagai pencari kroto. Kroto adalah sebuah anak rangrang, baik berupa telur, larva, maupun pulpa.

Wito sudah berpengalaman. Jam terbang selama satu dasawarsa sebagai pencari kroto telah mengajarkannya cara mamanajemen risiko gigitan rangrang.

"Kalau digigit, ya, sudah biasa. tinggal caranya aja supaya enggak banyak yang menggigit," ujar Wito ditemui di sela mencari kroto di kawasan Bukit Maskumambang, Kota Kediri, Sabtu (15/1/2022).

Apalagi, Wito sudah terbiasa bersentuhan dengan rangrang sejak kecil. Hal itu membuatnya menjadi "kebal" dengan gigatan rangrang.

Sejak kecil, dia terbiasa hidup dengan rangrang karena Giman (60), bapaknya, juga berprofesi sebagai pencari kroto liar.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Naik Tinggi, Pengusaha Kerupuk di Kediri Menjerit, Ada yang Harus Tutup

Kini seakan mengikuti jejak keluarganya, selain bapak dan dirinya, adik-adiknya juga turut berpfrofesi sebagai pencari rangrang.

Kroto berupa telur, larva, hingga pulpa semut rangrang hasil hutan.KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Kroto berupa telur, larva, hingga pulpa semut rangrang hasil hutan.
Cara Memanen Kroto

Hampir setiap hari Wito melakoni pekerjaannya itu. Berangkat pagi, pulang jika dirasa hari cukup sore.

Berkelana dari kebun ke kebun sekitar rumah hingga ke luar daerah. Bahkan tak jarang pula dia melakoninya sampai ke hutan di Kabupaten Trenggalek hingga Kabupaten Caruban.

Galah sepanjang delapan meter terbuat dari bambu adalah alat utamanya. Pada ujung galah itu tertambat kantong kerucut sebagai wadah krotonya.

Galah itu digunakan untuk menjangkau sarang rangrang hingga ke pucuk pohon.

Bagian ujung galah yang lancip itu ditusukkannya ke sarang rangrang, dikoyak, lalu digoyang-goyang agar kroto terjatuh dan masuk ke kantong kerucut.

Sepanjang menyusuri kebun hingga hutan, tidak sedikit tantangan yang dihadapinya. Mulai dari badan gatal-gatal kena ulat bulu, bertemu ular kobra, hingga kawanan monyet.

"Tapi Alhamdulillah tidak sampai ada gangguan yang berarti. Yang penting waspada dan hati-hati," ujar laki-laki lulusan sekolah dasar itu.

 

Penghasilan

Kroto mempunyai nilai ekonomi tinggi. Keberadaannya yang kaya dengan protein itu banyak digunakan untuk pakan tambahan burung berkicau hingga umpan pancing.

Kroto yang didapatnya itu dijual ke pengepul. Setiap satu kilogram kroto bisa laku seharga Rp 170.000.

Harganya memang cukup mahal karena kroto banyak dibutuhkan, tetapi ketersediaannya terbatas.

Wito (28), saat mencari kroto di kawasan Bukit Maskumambang Kota Kediri, Jawa TimurKOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Wito (28), saat mencari kroto di kawasan Bukit Maskumambang Kota Kediri, Jawa Timur
Memang saat ini sudah ada kroto hasil budidaya, hanya saja belum cukup memenuhi permintaan pasar.

Selama melakoni profesinya itu, Wito pernah mendapatkan hingga delapan kilogram kroto. Jika mendapat banyak kroto, uang yang dikantonginya tentu turut meningkat.

"Dulu waktu di Trenggalek dapat enam kilo, di Caruban dapat delapan kilo," jelas Wito.

Baca juga: Antisipasi Omicron, Pemkot Kediri Aktifkan Call Center Khusus Aduan Covid-19

Namun, mengingat profesinya itu sepenuhnya bergantung kepada alam, hasil yang didapat tidak menentu. Wito harus bergantung kepada faktor keberuntungan.

"Sering juga seharian cuman dapat hasil ukuran ons saja," kata Wito.

Meski begitu, Wito mensyukuri berapa pun jumlah kroto yang didapat. Dari usahanya itu, Wito bisa menghidupi istri dan tiga anaknya.

"Anak saya yang pertama kelas 4 SD," lanjutnya.

Ia juga memiliki tabungan yang disisihkan dari usaha mencari kroto tersebut. Bahkan, jika mencari kroto tak menghasilkan, ia masih bisa menjalankan usaha sampingannya, jasa panggilan pemotongan pohon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Unan-unan, Tradisi Warisan Lima Tahunan Suku Tengger

Mengenal Unan-unan, Tradisi Warisan Lima Tahunan Suku Tengger

Surabaya
Keluarga Pedangdut Via Vallen Buka Suara Usai Rumahnya Digeruduk

Keluarga Pedangdut Via Vallen Buka Suara Usai Rumahnya Digeruduk

Surabaya
Bebas Bersyarat, Mantan Bupati Malang Rendra Kresna Ingin Rehat Sejenak dari Dunia Politik

Bebas Bersyarat, Mantan Bupati Malang Rendra Kresna Ingin Rehat Sejenak dari Dunia Politik

Surabaya
5 Orang Pengeroyok Anggota Perguruan Silat di Banyuwangi Jadi Tersangka

5 Orang Pengeroyok Anggota Perguruan Silat di Banyuwangi Jadi Tersangka

Surabaya
Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Surabaya
Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompanisasi

Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompanisasi

Surabaya
Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Surabaya
Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Surabaya
Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Surabaya
Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Surabaya
Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Surabaya
Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Surabaya
Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com