MAGETAN, KOMPAS.com – Di usianya yang telah renta, Nenek Pairah (96) tahun hidup sendirian di rumahnya yang sudah tidak layak huni.
Rumah berdinding tanah yang terletak di desa Ngariboyo Kabupaten Magetan, Jawa Timur tersebut dindingnya mulai retak, kayu penyangga serta penahan atap juga sudah mulai keropos dimakan rayap.
Untuk berbicara dengan Nenek Pairah harus dengan sedikit berteriak karena pendengarannya juga terganggu.
“Iya tinggal sendirian. Ini masak nasi saja,” ujarnya lirih Sabtu (09/01/2021).
Baca juga: Derita Oktavia, 11 Tahun Terbaring karena Hidrosefalus, Orangtua Tak Punya Biaya
Suliyem salah satu tetangga Pairah mengatakan, sebelumnya Pairah tinggal dengan salah satu anak laki-lakinya yang beberapa waktu lalu meninggal dunia.
Meski kondisi Pairah buta dan kurang pendengaran, namun dia biasa memasak dan membersihkan rumah sendiri.
“Kalau masak nasi dia raba bagian atas nasinya apakah sudah masak atau belum. Kalau anaknya hampir setahun meninggal,” katanya.
Suliyem mengaku anak Pairah ada empat yang sudah berkeluarga dan tidak lagi tinggal bersama dengan Pairah.
Baca juga: Cerita Warga Luwu Selamat dari Puting Beliung: Rumah Ambruk dalam Sekejap
Keempat anak Pairah juga jarang terlihat berkunjung ke rumah ibunya.
“Anaknya ada empat, tapi sudah berkeluarga semua,” imbuhnya.
Kunjungan sebelumnya dia mengaku memberikan bantuan sembako. Dia mengaku kondisi rumah Nenek Pairah sudah tidak layak huni.
“Kondisinya memang sudah tidak layak huni karena sebagian kayunya sudah keropos,” ucapnya.
Baca juga: Kisah Pilu Bripka Joko, Ditabrak Saat Pulang Kerja, Pelaku Belum Ditemukan
Kuswinardi mengaku akan berkoordinasi dengan pihak Desa Ngariboyo untuk berupaya memperbaiki baik melalui rehab atau melalui pembangunan rumah baru.
“Kita akan koordinasi dengan pihak desa. Ini harus secepatnya dibangun atau direhab karena membahayakan,” imbuhnya.
Dihubungi terpisah kepala desa Ngariboyo Sumadi mengaku rumah Nenek Pairah sudah diusulkan rehabilitasi rumah, namun karena ada konflik internal keluarga rehabilitasi rumah terpaksa di alihkan kepada warga lain.
“Sempat diusulkan tahun kemarin tapi kita alihkan karena ada konflik internal keluarga,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.