KOMPAS.com - Salah satu Wali Songo yang mendakwahkan Islam di Tanah Jawa adalah Sunan Drajat. Dia bernama Syarifudin dan sering juga disapa Raden Qasim.
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila atau Dewi Chandrawati. Wilayah dakwahnya berada di Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran.
Sebagai seorang pendakwah ajaran Islam, Sunan Drajat dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari metodologi dakwah yang diterapkannya.
Dalam berdakwah, Sunan Drajat mengutamakan kesejahteraan masyarakat yang didakwahi. Dia akan mengangkat derajat kaum fakir miskin, sebelum mengajarkan tentang Islam.
Baca juga: Sunan Drajat, Mengajarkan Catur Piwulang
Selain itu, ajaran Sunan Drajat juga memberikan penekanan lebih terhadap rasa empati, kedermawanan, pengentasan kemiskinan, menciptakan kemakmuran, solidaritas, dan gotong royong.
Salah satu ajaran Sunan Drajat yang penuh keluhuran budi tercermin dalam Pepali Pitu. Secara bahasa, Pepali Pitu berarti tujuh dasar ajaran.
Berikut ini penjelasan ringkas terkait ajaran luhur Sunan Drajat yang terangkum dalam Pepali pitu:
1. Mangun resep tyasing sasama (harus membuat senang hati sesama)
Ajaran ini merujuk pada bagaimana seharusnya sikap individu dalam kehidupan bersosial, dimana setiap individu dituntut untuk memberikan rasa senang kepada sesama manusia.
Membuat senang hati orang lain juga menjadi salah satu ajaran Islam yang sangat ditekankan. Hal ini dapat dilihat dari anjuran-anjuran untuk membayar zakat, bersedekah, saling tolong-menolong, dan sebagainya.
2. Jroning suka kudu eling lan waspada (dalam suasana gembira harus tetap ingat Tuhan dan waspada)
Muzakki (2017) menyebutkan bahwa ajaran yang kedua ini merujuk pada konsep refleksi diri. Bahwa manusia harus selalu mengingat Tuhan dalam segala kondisi.
Selain itu, manusia juga harus senantiasa waspada, tidak terlena dengan kenikmatan duniawi yang bisa menjerumuskannya ke dalam hal-hal yang tidak disukai oleh Tuhan.
3. Laksianing subrata tan nyipta marang pringga bayaning lampah (dalam upaya mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan halangan dan ringtangan)
Manusia harus memiliki etos kerja dalam mengejar apapun yang diinginkannya. Termasuk dalam upaya mencapai cita-cita luhur dalam beragama, yaitu melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.