KOMPAS.com - Tiga orang dari satu keluarga di Desa Sumberrejo, Kecamatan Kademangan, Blitar ditemukan tewas pada Jumat (29/1/2021).
Mereka adalah Suyani (67) sang ayah, dan dua anaknya Nanda Finzah (21) serta Samuel (9).
Suyani ditemukan tewas gantung diri di kamar. Sementara dua anaknya ditemukan tewas dengan luka lebam terlentang di kasur di kamar yang bersebelahan dengan kamar sang ayah.
Luka lebam ditemukan di lengan, siku hingga pergelangan tangan hingga leher. Sebuah boneka beruang menutup bagian wajah gadis 21 tahun.
Baca juga: Tiga Orang Satu Keluarga Tewas Diduga Bunuh Diri, Polisi Gelar Penyelidikan
Penemuan mayat tersebut terungkap saat anak pertama Suyani, Henok yag tinggal di Timor Timur tak bisa menghubungi sang ayah.
Ia berulang kali menghubungi ponsel sang ayah pada Jumat (29/1/2021). Tak hanya ponsel ayahnya, ponsel sang adik pun tak tersambung.
Henok pun menghubungi tetangganya di Blitar, Nur Haya (19). Ia pun mendatangi rumah Suyani yang ada di sebelahnya.
Nur Haya mendapati pintu rumah korban terkunci.
Baca juga: Misteri Kematian Satu Keluarga di Blitar Akhirnya Terungkap, Ayah Bunuh 2 Anaknya, lalu Gantung Diri
Ia pun mengecek pintu belakang. Saat mendapati pintu belakang tak terkunci, Nur Haya masuk lewat dapur rumah korban. Tiba-tiba, Nur Haya kaget melihat tubuh Suyani tergantung di langit-langit kamar.
Padahal Jumat pagi, Suyani masih beraktivitas seperti biasa. Tak hanya Suyani, dua anaknya juga ditemukan dalam kondisi tewas.
Di lokasi rumah korban, petugas tidak menemukan tanda-tanda adanya orang masuk secara paksa.
Kendaraan bermotor milik korban juga masih terparkir dengan rapi. Kunci motornya juga ada termasuk sejumlah uang.
Baca juga: Misteri Kematian Satu Keluarga, Ayah Ditemukan Gantung Diri, 2 Anaknya Tewas dengan Luka Lebam
Dari hasl pengujian laboratorium forensik Polda Jatim, Suyani diketahui membunuh dua anaknya dengan cara yang sadis.
Setelah itu ia gantung diri menggunakan kain selendang yang diikat di atap rumah.
"Saudara S telah menghilangkan nyawa kedua anaknya sendiri," ujar Kapolres Blitar AKBP Leonard M Sinambela kepada wartawan, Selasa (16/3/2021).
Suyani membunuh dua anaknya dengan cara mencekik leher korban.
Baca juga: Ayah Pembunuh 2 Anaknya lalu Bunuh Diri Pernah Mendatangi Terapis Kejiwaan dan Tinggalkan Wasiat
"Terdapat resapan darah pada kuku tangan kanan dan kiri S yang merupakan campuran profil DNA dari korban NF dan SM. Berarti dia (S) menggunakan kedua tangannya untuk mencekik korban," ujar Leo.
Leo menjelaskan sang anak sempat melakukan perlawanan. Tanda itu terlihat dari bukti adanya profil DNA milik S pada kuku kedua tangan anak gadisnya.
Hasil uji labfor juga mengungkap adanya profil DNA milik anak laki-lakinya pada kaus kaki yang dikenakan S.
Diduga pada saat yang sama, ketika S berusaha membunuh SM, dia juga mencekik leher NF.
Kemungkinan setelah NF meninggal, S mencekik SM menggunakan kedua tangannya guna memastikan SM juga meregang nyawa.
Baca juga: Ketua IKS: Pelaku Pemukulan dan Penjarahan Bukan Anggota dari Blitar
Dari keterangan terapis, Suyani deiketahui rindu kepada anak sulunynya yang tinggal di Timor Leste.
Selama ini sang anak bekerja di Timor Leste dan mengirim uang untuk kebutuhan sang ayah serta adik-adiknya.
Selain itu Suyani diketahui juga mengeluhkan ksehatannya.
Baca juga: 13 Anggota Perguruan Silat di Blitar Diduga Aniaya Warga dan Jarah Angkringan, Ini Cerita Lengkapnya
S yang ditinggal mati istrinya ketika anak bungsunya baru berusia sekitar satu tahun itu, juga sempat menyampaikan wasiat lisan kepada kerabat terdekatnya bahwa dia menitipkan NF dan SM jika kelak dirinya meninggal dunia.
Berdasarkan poin-poin informasi tersebut Leonard menyebutkan adanya guncangan kejiwaan yang dialami S.
"Tapi kenapa sampai mendorong dia (S) mengakhiri hidupnya didahului dengan membunuh (kedua) anaknya, ini kita secara scientific belum bisa menjelaskan dengan pasti," ujar Leo kepada Kompas.com, Sabtu (16/3/2021).
Baca juga: Insiden Pemukulan dan Penjarahan Angkringan di Blitar, Polisi Bakal Periksa Pesilat Peserta Konvoi
Terpisah, Kasat Reskrim AKP Dony Bara'langi mengatakan polisi telah berupaya keras menemukan penjelasan logis terkait yang mendorong S sampai hati membunuh kedua anaknya.
Dony mengatakan bahwa wawancara berulang yang dilakukan polisi terhadap beberapa saksi, termasuk anak sulung S dan seorang terapis kejiwaan, bahkan sampai membuat mereka jengkel.
"Sampai keluar perkataan dari terapis kalau tidak puas dengan penjelasan yang sudah dia berikan, kita disuruh bongkar kuburan S dan tanya langsung saja ke jasadnya," tutur Dony.
Baca juga: 4 Jam Setelah Didemo Mahasiswa karena Langgar Prokes, Wali Kota Blitar Akhirnya Minta Maaf
Suyani kemudian ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan pada dua anaknya.
Namun, karena pelaku telah meninggal dunia, kewenangan penuntutan yang ada pada pihak kepolisian dihapus.
"Dikarenakan pelaku sudah meninggal dunia, merujuk pasal 77 KUHAP maka kewenangan penuntutan akan dihapus," ujarnya.
Selanjutnya polisi akan melakukan gelar perkara sekaligus menutup kasus memilukan itu.
Baca juga: Wali Kota Blitar Minta Maaf Kasus Bernyanyi Tak Pakai Masker
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.