Editor
Sugianto mengaku tidak mendapatkan untung dari berjualan soto.
“Kalau kami berjualan soto semangkuk harga Rp 1.000 hanya balik modal saja alias impas," ujar Sugianto.
Namun mereka menyiasati dengan jualan gorengan dan makanan sundukan.
"Keuntungannya dari hasil jual gorengan, sundukan dan minuman. Omset kotor dalam sehari berkisar Rp 400.000 hingga Rp 450.000,” ujar Sugianto.
Mereka setiap hari datang ke warung setiap pukul 04.00 WIB untuk menyiapkan tempat dan mulai menggoreng tempe dan makanan lain.
“Kami datang pagi untuk menggoreng tempe dan tahu serta racik-racik bahan dan bumbu soto dahulu,” kata Sugianto.
Pukul 11.00 WIB, soto biasanya sudah ludes terjual.
Ilustrasi soto daging sapi. Meski murah, Kasman menilai soto tersebut memiliki rasa enak.
“Setelah saya buktikan memang benar-benar murah. Keberadaan warung soto ini memang cocok untuk masyarakat kecil yang kesusahan di masa pandemi saat ini,” ujar Kasman.
Menurutnya, keberadaan warung itu sangat membantu kalangan tak mampu.
Sebab, hanya dengan mengantongi uang Rp 3.000 saja sudah bisa digunakan membeli makan dan minum di warung itu.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor: Robertus Belarminus)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang