Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mufatiroh Beralih Jadi Guru Sekolah Rakyat Surabaya, Awalnya Kaget Hadapi Karakter Beda Murid SR

Kompas.com, 16 Oktober 2025, 17:03 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Mufatiroh (49) menceritakan tantangannya setelah puluhan tahun mengajar di SMP reguler hingga akhirnya tugas mengharuskannya pindah ke Sekolah Rakyat.

Dengan setelan kerudung hijau, dipadukan kemeja putih dan bawahan hitam, Mufatiroh menyapa puluhan muridnya yang baru saja menyelesaikan kelasnya di Sekolah Rakyat 21 Surabaya.

Kebiasaan Mufatiroh itu sudah dijalaninya setelah resmi menjadi guru agama di Sekolah Rakyat, sejak Senin (14/7/2025) lalu. Dia diwajibkan mengajar di sana karena status pegawai negeri sipil (PNS).

"Saya enggak mengajukan, guru agama itu ditunjuk dari kabupaten/kota masing-masing, diajukan ke provinsi baru ke Kemenag pusat," kata Mufatiroh, di Sekolah Rakyat 21 Surabaya, Kamis (16/10/2025).

Baca juga: Di Tengah Keterbatasan Ekonomi, Orang Tua Gantungkan Cita-cita Anak ke Sekolah Rakyat di Pamekasan

Sejak saat itu, kehidupan Mufatiroh sebagai pengajar selama 28 tahun berubah 180 derajat. Sebab, tipikal murid di lembaga pendidikan sebelumnya berbeda dengan Sekolah Rakyat.

"Perbedaan yang pertama, kan dulu saya dari jenjang SMP kalau ini kan tingkatan SMA kelas 10, jadi kalau dari sisi umur mereka lebih dewasa. Kebiasaannya juga berbeda," ucapnya.

Kemudian, kata Mufatiroh, ia merasakan perbedaan perilaku para anak yang belajar di Sekolah Rakyat. Salah satu yang menonjol yakni cara siswa dalam mengekspresikan dirinya.

"Kayak ada yang langsung bilang 'Bu saya tidak bisa membaca Al Quran', saya katakan 'Ibu lebih menghargai ketika kamu sudah berusaha, yang ibu tidak suka kamu tidak berusaha'," katanya. 

Anggap sebagai anak

Akhirnya, Mufatiroh mengubah pola pikirnya dalam memandang para siswa di Sekolah Rakyat yang berlokasi di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu. Ia kini lebih melihat mereka sebagai anak.

"Kita membangun mindset (pola pikir) kalau ini anak, ini amanah. Kalau di sekolah reguler itu dari seribu anak hanya 1 sampai 2 yang begini, tapi di sini 100 anak dikumpulkan jadi 1," ujarnya.

Mufatiroh juga menjadi lebih memikirkan kesiapan dirinya sebelum mengajar di Sekolah Rakyat. Sebab, menurutnya, hal tersebut bisa mempengaruhi proses belajar.

"Kami harus membangun kesiapan diri dulu, baik kesiapan mental dan fisik, kalau dari guru sudah siap diri secara maksimal, tidak membawa permasalahan apa pun, nanti melihat anak itu bisa ceria, pokoknya ini anak, ini anak harus sukses kelak," katanya.

Baca juga: Tantangan Sekolah Rakyat Sumenep, Ditinggal Puluhan Siswa dan Alat Belajar Masih Kosong

Dengan demikian, Mufatiroh berharap, Presiden Prabowo Subianto melanjutkan Sekolah Rakyat. Sebab, masih banyak siswa kurang beruntung uang berharap program tersebut.

"Awalnya saya kaget, dengan cara bersuara, sikapnya, sekarang sudah banyak berubah, dari enggak bisa sama sekali sekarang bisa baca Al Quran. Pokoknya terus dimotivasi dan dibangun kepercayaan diri siswa" kata dia.

Sekolah Rakyat 21 sendiri sudah berjalan selama 3 bulan, dengan jumlah siswa 99 orang. Bangunan tempat belajar dan asramanya berada di kompleks Kampus Unesa.

Menurut Mufatiroh, masing-masing guru sekolah rakyat dibekali laptop. 

"Tapi proyektornya Minggu kemarin datang, bertahap ini. Kalau fasilitas biasanya bersurat melalui bendahara, kepala sekolah, ke biro umum," ucapnya.

"Pengajuan sarana prasarana, ini ada printer baru juga, dulu belum ada printer atau proyektor punya guru dibawa," kata dia. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau