SURABAYA, KOMPAS.com - Rafi Catur Okta Mulya (17) menjadi korban tragedi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Di sisi lain, keluarganya berniat memberi kejutan hari ulang tahunnya yang ke-18.
Diketahui, santri kelahiran 8 Oktober 2008 tersebut baru saja masuk Ponpes Al Khoziny, pada Agustus 2025. Dia memutuskan untuk memperdalam ilmu agamanya setelah lulus SMP.
"Niatku Oktober mau jenguk adikku ke sana. Nabung sama mbakku karena 8 Oktober besok ini adikku ulang tahun," kata kakak korban, Novita Tri Endah (26), di rumah duka, Surabaya, Senin (6/10/2025).
Namun, Novita lebih dulu dikejutkan dengan kabar meninggalnya Rafi. Remaja tersebut menjadi salah satu korban ambruknya mushala tiga lantai saat shalat ashar, Senin (29/9/2025).
Baca juga: Evakuasi Runtuhan Mushala Ponpes Al Khoziny, Petugas Alami Gatal-gatal
"Ulang tahun aku pengen kasih (Rafi) surprise atau apa, pengen beliin kue tart atau ke pondok apa begitu, lah kok dikasih kabar (tragedi Ponpes Al Khoziny) ini dulu. (Usia) 18 tahun," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Novita, Rafi sempat pulang ke rumah di Kecamatan Sawahan pada September 2025. Ketika itu, santri tersebut sempat minta dibelikan makanan ringan, kemeja putih hingga parfum.
"Jadi dia balik pukul 09.00 WIB, terus pukul 08.00 WIB minta foto sama mbak sama anakku, aku bilang 'gak usah aneh-aneh. (Kata Rafi) nanti kalau mbak kangen aku, bisa lihat foto ini," ujarnya.
"Dia foto terakhir pakai sarung merah yang ditemukan itu, saya yang sebelumnya membelikan. Sarungnya itu sering tak cuci, tak lipetin, jadi aku tahu hafal, aku tahu jasadnya," tambahnya.
Petugas menemukan jasad Rafi dalam posisi sujud di reruntuhan Ponpes Al Khoziny. Selain itu, tangannya juga di posisi melingkar melindungi temannya yang selamat, Syehlendra Haical (13).
Baca juga: Tragedi Ponpes Al Khoziny Picu Peringatan Keras Sekda Jateng soal Izin Bangunan
"Awalnya syok, enggak terima, kenapa harus adikku, adikku? Apalagi dia nyelametin anak juga. Kalau sekarang dari keluarga sendiri sama bapak sudah ikhlas, tapi jangan terjadi lagi," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, skala korban jiwa dalam tragedi ini cukup besar dibanding bencana-bencana lain yang terjadi sepanjang 2025.
“Korban kali ini di sepanjang tahun 2025 adalah korban cukup besar menurut BNPB,” kata Deputi III Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen Budi Irawan, Senin (6/10/2025).
Budi membandingkan bencana-bencana sebelumnya, seperti gempa bumi di Poso, Sulawesi Tengah dan banjir bandang di Bali yang tidak memakan korban lebih dari 50 jiwa.
“Dari bencana-bencana alam yang terjadi, baik gempa bumi di Poso, di tempat lain, lalu banjir di Bali semuanya korbannya hanya sedikit, ini cukup banyak 50 orang,” ujarnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang