SURABAYA, KOMPAS.com - Maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi beberapa hari terakhir menjadi sorotan publik, salah satunya kasus keracunan MBG setelah para siswa mengonsumsi menu ikan hiu goreng.
Menanggapi hal tersebut, dosen pengolahan perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga, Eka Saputra SPi MSi mengatakan bahwa kasus keracunan MBG merupakan salah satu kasus luar biasa dan perlu menjadi evaluasi dalam MBG ke depannya.
“Terlebih penggunaan bahan dasar ikan hiu ini menjadi unik karena bahan yang digunakan tidak lazim pada umumnya. Perlu dilakukan pengecekan terkait jenis ikan hiu yang digunakan dalam sajian tersebut,” ujar dia, Jumat (3/10/2025).
Baca juga: Ada Ulat di Paket MBG Bangkalan, Diduga Pencucian Sayur Tak Bersih
Ia menyebut, ikan hiu termasuk ke dalam ikan yang jarang dikonsumsi karena ada beberapa jenis yang termasuk spesies dilindungi sehingga perlu proses pengolahan yang tepat.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelusuran terkait proses pengolahan ikan hiu hingga menjadi sajian untuk MBG untuk melihat adanya potensi kesalahan dalam pengolahan.
Seperti memastikan bahan baku MBG selalu segar dan tidak terjadi kerusakan sebelum pengolahan.
“Selanjutnya perlu diperhatikan kebersihan pada saat proses pengolahan, mulai dari sumber air yang dipakai hingga kebersihan alat yang digunakan,” ucap dia.
Baca juga: Kepala MBG Kalbar Akui Lalai Sajikan Ikan Hiu: Bisa Saja Mengandung Merkuri
Ia mengatakan bahwa sebaiknya dalam membuat menu MBG menggunakan opsi ikan lokal yang banyak didapat di daerah tersebut.
Selain sebagai sumber gizi terutama protein, penggunaan ikan lokal juga dapat meningkatkan potensi perikanan lokal yang ada di daerah tersebut.
Selain itu, perlu adanya pengawasan ketat terhadap proses pengolahan MBG agar tidak menyebabkan penurunan nilai gizi dan kualitas hasil makanan.
“Tentunya hal tersebut juga dibarengi dengan pemberian beban kerja yang sesuai dengan kapasitas penyedia MBG agar tidak terdapat penurunan kualitas,“ kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang