Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kuah Hitam yang Ditemui di Surabaya, Pelatih Persebaya Asal Spanyol Ini Jatuh Hati pada Semangkuk Rawon

Kompas.com, 4 Agustus 2025, 16:58 WIB
Suci Rahayu,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Bagi pelatih Persebaya Surabaya Eduardo Perez Moran, mencintai Kota Surabaya bukan hanya tentang lapangan hijau dan strategi pertandingan.

Ada sesuatu yang lebih personal, lebih hangat, dan lebih merakyat saat di meja makan.

Bukan nasi goreng, sate, atau rendang yang pertama kali mencuri perhatiannya saat diresmikan menjadi pelatih kepala bulan Juni 2025 lalu.

Ia pun langsung jatuh hati pada semangkuk rawon, hidangan khas Jawa Timur yang disajikan dengan kuah hitam legam dan aroma rempah yang menggoda.

“Saya makan rawon,” katanya pelatih asal Spanyol itu.

“Saya makan banyak makanan Indonesia, tentu yang khas Surabaya juga. Saya sangat menikmati berada di Surabaya,” imbuhnya.

Baca juga: Pelatih Persebaya Janji Perlihatkan Penampilan Terbaik Saat Menjamu PSS di Stadion GBT

Dari pernyataan itulah, cerita adaptasinya di luar lapangan pun dimulai.

Rawon bukan sembarang makanan. Ini adalah warisan kuliner yang sarat cerita.

Dibuat dari bumbu khas seperti lengkuas, jahe, serai, bawang merah, bawang putih, dan keluak, bahan utama yang memberi warna hitam pekat sekaligus rasa mendalam.

Disajikan bersama daging sapi empuk, nasi putih, tauge pendek, telur asin, sambal, dan taburan daun bawang segar, rawon menawarkan kehangatan yang berbeda di lidah.

Bagi Eduardo Perez, rawon adalah makanan rasa baru yang mewakili petualangan barunya.

Di antara padatnya jadwal latihan, makan rawon menjadi jeda kecil yang menyenangkan.

Rawon jadi salah satu menu yang dijual oleh Supriyadi (54) lewat bisnis kulinernya, Jemari Mama.Dok. Pribadi Supriyadi Rawon jadi salah satu menu yang dijual oleh Supriyadi (54) lewat bisnis kulinernya, Jemari Mama.

Rasanya yang gurih adalah teman yang setia, warnanya yang pekat seolah menggambarkan tantangan di peran barunya sebagai pelatih dan kehangatannya itulah yang membuatnya merasa Kota Pahlawan ini seperti rumahnya.

Dalam dunia sepak bola yang keras dan penuh tekanan, menemukan kenyamanan emosional adalah hal langka.

Kini ketika kenyamanan itu datang dalam bentuk semangkuk rawon hangat, maka proses adaptasi pun terasa lebih menyenangkan.

Apalagi Taste Atlas pernah menobatkan rawon sebagai sup terenak di dunia, mengungguli ramen dari Jepang dan tom kha gai dari Thailand.

Apalagi di Surabaya sendiri, rawon dapat ditemui dan dinikmati kapan saja.

“Orang-orang di sini sangat ramah pada saya. Saya sangat menyukai tinggal di Surabaya dan saya sangat senang,” pungkas Eduardo Perez.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau