Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Tradisi Tanam Pohon Peninggalan Majapahit yang Tetap Lestari di Desa Pakel Jombang

Kompas.com, 26 Februari 2025, 22:56 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Pakel, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terus melestarikan tradisi menanam pohon saat kelahiran anak, yang dikenal dengan istilah “Tumpak Tandur Bumi Wono-Ndadari”.

Tradisi ini telah berlangsung sejak era Kerajaan Majapahit dan biasanya dilaksanakan secara bersama-sama antara bulan Desember hingga Maret.

Namun, penanaman pohon juga sering dilakukan secara mandiri oleh keluarga pada bulan-bulan lainnya.

Kepala Desa Pakel, Sudirman, menjelaskan bahwa tradisi ini telah diwariskan secara turun temurun.

Baca juga: 7 Kasus Kriminal dan Pembunuhan di Jombang Sepanjang Januari-Februari 2025

Selain menandai kelahiran anak, tradisi ini juga bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

“Tradisi Tumpak Tandur Bumi Wono-Ndadari ini berkenaan dengan adanya kelahiran anak,” kata Sudirman kepada Kompas.com, Rabu (26/2/2025).

Setiap kali ada anak yang lahir, orang tua akan mencarikan bibit pohon terbaik untuk ditanam bersamaan dengan penanaman ari-ari bayi.

Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan pohon yang akan memberikan manfaat pada masa mendatang.

“Setiap ada anak yang lahir di desa kami, maka ada tradisi tanam pohon. Dengan harapan, pohon akan tumbuh baik dan akan membersamai anak yang lahir, serta manfaatnya dapat dinikmati kelak saat dewasa," ujar Sudirman.

Baca juga: Jombang Darurat Ruang Aman, Ratusan Orang Gelar Demonstrasi

Tahun ini, Pemerintah Desa Pakel menggelar kegiatan penanaman pohon secara bersama-sama, selain memberikan kesempatan kepada warganya untuk melaksanakan penanaman mandiri.

Kegiatan ini bertujuan memperkuat pelestarian tradisi warisan nenek moyang dan menyampaikan pesan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal.

Acara seremonial Tumpak Tandur Bumi Wono-Ndadari dipusatkan di Sasana Jemparingan Menggilan, Desa Pakel, Rabu (26/2/2025).

Dalam acara tersebut, puluhan masyarakat mengenakan pakaian adat Desa Pakel mengikuti prosesi penanaman pohon yang telah berlangsung sejak masa Majapahit.

Prosesi Tumpak Tandur Bumi Wono-Ndadari atau penanaman pohon dengan tradisi peninggalan Majapahit, di Desa Pakel, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (26/2/2026).KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Prosesi Tumpak Tandur Bumi Wono-Ndadari atau penanaman pohon dengan tradisi peninggalan Majapahit, di Desa Pakel, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (26/2/2026).

Prosesi diawali dengan penyerahan bibit pohon dari tokoh masyarakat kepada Bapak atau Ibu pohon, yang dalam tradisi ini disebut sebagai bapak dan ibu Wono-Ndadari.

Rangkaian acara juga menyajikan peragaan tarian Mojo Kirono, tarian khas Desa Pakel yang diciptakan oleh Mbah Mangku.

Halaman:


Terkini Lainnya
Gerai Koperasi Merah Putih Dibangun di Lahan Produktif, Aktivis Lingkungan Bersuara
Gerai Koperasi Merah Putih Dibangun di Lahan Produktif, Aktivis Lingkungan Bersuara
Surabaya
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Maling Sapi Tewas Ditembak Aparat di Bangkalan
Surabaya
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Posko Bangkalan Berbagi Segera Kirim Seragam Sekolah, Baju Baru hingga Sembako untuk Bencana Aceh
Surabaya
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Kuliah Sambil Jadi Kurir Paket, Gibran Harus Pandai Bagi Waktu dan Rendahkan Ego
Surabaya
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Jadi Kurir Paket, Hamdan Kerap Bantu Pelanggan supaya Tak Tertipu Pesanan Palsu
Surabaya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau