PASURUAN, KOMPAS.com - Suasana yang biasa sepi, pagi itu, halaman parkir sebelah timur Klenteng Tjoe Tik Kiong di jalan Lombok, Kelurahan Trajeng, Kota Pasuruan, Jawa Timur tampak ramai.
Mulai dari sejumlah anak remaja, nenek dan kakek pun datang lebih pagi.
Bukan tanpa alasan, mereka hendak membersihkan klenteng menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2576.
Mereka yang membersihkan altar harus menjalani vegetarian, tidak boleh memakan daging.
Baca juga: Klenteng Tertua Kalimantan Timur Thien Le Kong Samarinda Siap Sambut Imlek 2025
Tepat pukul 08.00 WIB, Tan Mei Ling (68), salah satu warga keturunan Tionghoa menyempatkan berdoa sebelum ikut membersihkan klenteng yang sudah berdiri sejak Tahun 1625 Masehi.
"Ayo ko, angkat yolu (tempat bakaran abu) terus bersihkan sisa abu yang di meja," pinta nenek pada pemuda Tionghoa lainnya, Sabtu (25/01/2025).
Sembari mengangkat altar Dewi Tian Shang Sheng Mu (Mak Co), ia terlihat sangat hati-hati agar tidak jatuh saat akan dibersihkan.
Dengan menggunakan kain berbahan katun halus yang sudah dibasahi, ia membersihkan altar yang terbuat dari kayu itu dengan teliti. Bahkan ia juga menggunakan cutton bud untuk membersihkan di detail pahatan altar.
"Altar ini tidak boleh langsung dicuci dalam bak. Bisa rusak," katanya sambil senyum.
Baca juga: Klenteng Tua di Surabaya Hok Tiek Hian Bersihkan Rupang Jelang Imlek
Tidak hanya cukup dilap dengan kain basah, semua puluhan altar di klenteng ini juga dibasuh dengan air bunga mawar dan melati. Setelah bersih, semua altar kemudian ditata dengan rapi di tempat semula.
Tan Mei mengaku sangat bahagia dapat ikut serta membersihkan tempat peribadatan menjelang perayaan imlek. Sejak kecil ia selalu diajak orang tuanya untuk sukarela membersihkan klenteng.
"Sejak kecil saya suka seperti ini, membersihkan altar. Apalagi bisa membersihkan patung Mak Co ini. Karena akan diterbangkan ke China pada bulan depan" katanya.
Ia mengaku setiap akan membersihkan altar harus menjalani vegetarian food. Tidak boleh memakan makanan yang mengandung daging atau bernyawa. "Mulai tadi malam hingga saat ini tidak boleh makan daging, alias vegetarian," katanya.
Klenteng Tjoe Tik Kiong di Pasuruan ini dikenal klenteng Tri Dharma, yang memfasilitasi umatnya dari golongan Konghucu, Budha dan Tao. Warga Tionghoa dapat merayakan masing-masing peribadatan sesuai kepercayaannya.
Ketua umum Klenteng Tjoe Tik Kiong, Ws. Yudhi Dharma Santoso menjelaskan, sejak dicabutnya Inpres No. 14/1967 tentang larangan agama, kepercayaan, dan adat istiadat China oleh KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) Klenteng Tjoe Tik Kiong menjadi ramai.
Masyarakat etnis China dapat merayakan Imlek atau Cap Go Meh secara terbuka.
Baca juga: 6 Tempat Makan Dekat Klenteng Sam Poo Kong Semarang untuk Wisata Kuliner
"Setiap perayaan Imlek kami tak lupa jasa Gus Dur. Kami selalu berdo'a untuk beliau," kata Yudhi.
Pluralisme juga terlihat di klenteng yang mampu menampung sekitar 500 umat itu. Karena pengurus klenteng juga memberikan kesempatan umat lainnya untuk berpartisipasi. Sejumlah pengurus klenteng ada yang beragama Islam. Bahkan binaan seni Barongsai 60 persen adalah orang muslim.
"Ada beberapa karyawan kami yang sudah puluhan tahun bekerja juga seorang muslim. Selain itu kegiatan sosial dan seni juga ada dari penganut agama lain," pungkas Yudhi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang