Editor
SURABAYA, KOMPAS.com - Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak diuntungkan sebagai petahana dalam Pilgub Jatim 2024 berdasarkan hasil survei Litbang Kompas.
Posisi sebagai petahana dianggap sebagai salah satu faktor elektabilitas Khoffiah-Emil unggul jauh dari dua pasangan calon lainnya berdasarkan hasil survei Litbang Kompas.
"Kalau pada umumnya kan biasanya calon petahana calon gubernurnya saja, atau bahkan lawan wakil gubernur yang naik kontestasi. Ini satu paket. Kayaknya dengan posisi petahana apalagi satu paket, ini kan sudah memiliki rekam jejak selama lima tahun terkahir, ini sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur dan tentu dengan popularitas yang relatif tinggi dan approval rating-nya juga relatif sudah di atas rata-rata di atas 70 sampai 75 persen," kata Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, Jumat (15/11/2024).
Baca juga: Dukung Risma di Pilkada Jatim, Aliansi Madura Indonesia Paparkan 3 Alasannya
Selain itu, dengan posisi sebagai petahana, Khofifah-Emil telah lebih dulu dikenal dan bersosialisasi dengan masyarakat Jatim. Berbeda dengan pasangan calon lainnya yang muncul pada hari-hari terakhir pendaftaran Pilkada Jatim.
Terlebih untuk pasangan nomor urut 3 Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) yang bisa mendaftar Pilkada Jatim setelah ada putusan Mahkamah Konstitusi. Sebab, perolehan suara PDI Perjuangan di Jatim tidak cukup untuk mengusung calon sendiri sebelum adanya putusan MK tentang ambang batas pencalonan kepala daerah.
Baca juga: Usai Hadiri Rakorda Pilkada Jatim, Megawati Hanya Lempar Senyum
Sedangkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memiliki golden ticket, baru memutuskan mengusung pasangan Luluk Nur Hamidah - Lukmanul Khakim di hari-hari terakhir jelang penutupan pendaftaran pilkada.
"Jadi memang starting-nya beda, padahal secara sosial kapital Khofifah sudah punya. Sementara yang baru mulai, sosial kapitalnya belum kelihatan, dia harus bertarung dengan pasangan petahana dengan durasi waktu yang relatif sempit," katanya.
Hal ini terbukti dengan tingkat popularitas masing-masing pasangan calon. Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, pemilih yang sangat mengenal Luluk-Lukman hanya 0,5 persen dan yang sekedar tahu hanya 18,3 persen.
Sedangkan pemilih yang sangat mengenal Khofifah-Emil sebesar 19,9 persen dan yang sekedar tahu 70,2 persen.
Adapun pemilih yang sangat mengenal Risma-Gus Hans sebesar 10,2 persen dan yang sekedar tahu 53,1 persen.
"Ini terbukti di survei kita popularitas Luluk-Lukman jauh di bawah Khofifah-Email dan Risma-Gus Hans gitu ya. Jadi itu bisa menggambarkan," kata Yohan.
Selain itu, tingginya elektabilitas Khofifah-Emil juga karena pemilih loyal. Banyak pemilih yang memilih Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim 2018, akan kembali memilih Khofifah-Emil pada pilkada kali ini.
"Khofifah-Emil juga menjadi kontestan di Pilkada 2018. Jadi kalau di survei kita, rata-rata 60 persen lebih pemilih mereka itu akan memilih mereka lagi. Jadi ada loyalitas pemilih yang relatif dijaga baik," katanya.
Faktor berikutnya adalah suara Nahdliyin yang mendominasi pemilih di Jatim. Mayoritas warga Nahdliyin akan memilih Khofifah-Emil pada 27 November mendatang.
"Kita tahu Jawa Timur basisnya NU ini juga rata-rata sebagian besar responden kita yang mengaku warga NU ya itu di atas 70 persen memilih Khofifah-Emil," katanya.