Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri KKP Klaim Susu Ikan Sudah Diproduksi 2 Tahun Lalu tapi Masih dalam Bentuk Inovasi

Kompas.com, 30 September 2024, 19:38 WIB
Rachmawati,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono mengatakan susu ikan sudah diproduksi sejak dua tahun lalu, namun masih dalam bentuk inovasi.

Hal tersebut disampaikan Menteri Sakti Wahyu Trenggono saat berkunjung di PT Pasific Masami Indonesia, Banyuwangi, Jawa Timur pada Senin (30/9/2024).

Susu ikan diusulkan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program makan bergizi gratis.

"Sebetulnya (susu ikan) sudah ada 2 tahun lalu. Tapi masih dalam inovasi dan sekarang masuk industri yang sudah dikembangkan khusus di sektor tersebut. Dulu pertama kali, saya minta bau amisnya harus hilang," kata dia.

Baca juga: Pemerintah Sebut Harga Susu Ikan Bisa Setara Susu Sapi

"Dan sekarang sudah diubah menjadi rasa strowbery, vanila, coklat. Tapi yang pasti kandungan Omega 3 dan lain-lainnya lebih hebat dibandikan susu sapi dalam konteks protein," tambah dia.

Ia juga menjelaskan susu ikan adalah inovasi produk perikanan dari hilirisasi hasil perikanan. Menurutnya susu ikan bisa dibuat dari ikan jenis petek yang biasanya terjaring tak sengaja.

"Itu bagian dari inovasi produk perikanan. Ketika susu semuanya impor, kan 90 persen susu impor untuk kebutuhan protein. Sementara di sini ada ikan jenis petek yang diproses menjadi hidrolisat protein ikan (HPI)," kata dia.

"Jadi kita tidak perlu lagi cari susu sapi ke mana-mana. Lha kita punya bahan bahan yang kita olah. Kenapa itu tidak kita lakukan," tambah dia.

Penemuan HPI tersebut merupakan langkah awal untuk memanfaatkan protein ikan menjadi berbagai produk pangan.

Dikutip dari Kompas.com, hidrolisat protein ikan (HPI) ditemukan oleh para peneliti pada tahun 2017.

Para peneliti itu melibatkan Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Penemuan HPI tersebut merupakan langkah awal untuk memanfaatkan protein ikan menjadi berbagai produk pangan.

Baca juga: Ini Keunggulan Produksi Susu Ikan Versi Pemerintah

Pada 2021, peneliti berhasil membuat produk susu ikan dari hasil penelitian lanjutan mereka terhadap temuan HPI.

Lalu pada 2023, susu ikan tersebut secara resmi diperkenalkan atau diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono bersama Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Tercatat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, tingkat asupan protein masyarakat Indonesia baru mencapai 62,3 gram per kapita per hari.

Angka itu jauh di bawah beberapa negara Asia lainnya seperti Vietnam 94,4 gram per kapita, Malaysia 89,1 gram per kapita, Jepang 82,9 gram per kapita, Korea Selatan 78,5 gram per kapita, maupaun Myanmar 78,3 gram per kapita

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau