SURABAYA, KOMPAS.com - Setelah enam tahun lamanya, tembok penghalang yang memisahkan badan jalan utama di Tambak Wedi Baru, Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, akhirnya dirobohkan Jumat (13/9/2024) kemarin.
Warga setempat yang telah lama menantikan momen ini menyambut gembira dibongkarnya "tembok pengganggu" yang menghubungkan Jalan Tambak Wedi Baru dan Jalan Dukuh Bulak Banteng.
Wahidah (38), seorang warga Bulak Banteng, mengungkapkan betapa sulitnya warga melintas karena kondisi semrawutnya jalan sebelum tembok tersebut dirobohkan.
"Sulit banget, sih. Kalau sore itu yang kasihan, orang pulang kerja, kan kasihan. Apalagi kalau sudah keburu banget, jadi seperti mau berantem gitu," kata Wahidah kepada Kompas.com, Sabtu (14/9/2024) kemarin.
Tembok pembatas yang dibangun sejak tahun 2018 itu, membuat akses jalan menyempit.
Lebar jalan yang semula enam meter menjadi dua meter saja, sehingga hanya bisa dilewati sepeda motor dan pejalan kaki, itu pun harus berdesak-desakan.
Baca juga: Setelah 6 Tahun, Pemkot Surabaya Bongkar Tembok di Jalan Tambak Wedi Baru
Sementara untuk pengendara mobil yang hendak menuju Jalan Tambak Wedi Barat dan Jalan Dukuh Bulak Banteng, selama ini harus memutar ke Jalan Kedinding Lor.
Hal ini menyebabkan warga harus memutar jauh, menambah waktu tempuh hingga 30 menit atau dengan jarak tempuh bisa sampai 30 kilometer.
"Ya, cukup jauh. Karena harus putar balik lewat jalan raya lagi, waktunya sekitar 30 menit ya kalau putar balik."
"Kira-kira sekitar 30 kilometer, karena muternya jauh, soalnya kan harus lewat jalan raya lagi. Itu juga kalau tidak macet. Kalau macet, bisa lebih lama lagi," ujar Wahidah.
Kondisi ini sangat menyulitkan, terutama bagi warga yang setempat yang bekerja di wilayah Surabaya bagian selatan, timur, dan barat.
Setiap sore, jalan yang sempit tersebut sering menjadi ajang pertengkaran antar pengendara yang berebut ingin lebih dulu.
"Di sini kan memang wilayah padat penduduk, banyak warga pendatang dan semua kerja di Surabaya. Kalau lewat di sini, jalan yang ditembok ini, cuma lima menit sudah bisa sampai," ujar dia.
Namun, kini setelah tembok dirobohkan, situasi berubah drastis. Pembongkaran tembok ini juga membawa dampak positif bagi semua wrga, para pedagang di pasar setempat, dan lain sebagainya.
"Pedagang di pasar juga senang, karena tembok sudah dirobohkan. Orang bisa lebih nyaman lah lewatnya," kata dia.
Tembok yang menutupi Jalan Tambak Wedi Baru, Kenjeran, menuju Jalan Dukuh Bulak Banteng, Surabaya, Jawa Timur, masih dalam proses pengaspalan, Sabtu (14/9/2024).Dia mengaku kasihan jika ada warga sakit dan ingin berobat ke puskesmas. Mereka harus menempuh jarak yang labih jauh, karena jalan sempit dan hanya bisa dilalui sepeda motor.
Terlebih lagi, warga yang melintas di area itu banyak yang tidak mau mengalah.
"Kasihan juga kalau ada orang sakit, nggak bisa lewat sini, apalagi yang naik becak. Sulit bisa masuk karena sudah banyak kendaraan roda dua."
Saat ini, warga yang ingin berobat ke puskesmas bisa bernapas lega. Sebab, warga tak perlu bersusah payah lagi setelah tembok penghalang itu dibongkar dan jalannya diaspal."
"Kalau sekarang sih, alhamdulillah. Semuanya sekarang senang, tembok pembatas ini akhirnya dirobohkan," kata Wahidah.
Hariri (42), seorang warga Tambak Wedi Baru, Surabaya, juga mengungkapkan rasa lega dan kebahagiaannya.
Tembok yang selama ini menjadi sumber kemacetan dan gesekan antar pengendara, kini membuka akses yang lebih luas.
Para pengendara yang melintas kini juga bisa semakin efisien dengan waktu dan jarak tempuh yang semakin pendek.
"Saat masih ada tembok, banyak pengendara rebutan ingin segera lewat. Karena yang bisa lewat cuma sepeda motor saja."
"Kadang terjadi gesekan, sampai cekcok juga. Kalau sekarang dibuka kan jadi enak, lebih luas. Mobil pun bisa lewat," ujar Hariri.
Baca juga: Setelah 6 Tahun, Pemkot Surabaya Bongkar Tembok di Jalan Tambak Wedi Baru
Hariri juga membenarkan, perjalanan atau jarak tempuh dari Tambak Wedi Baru ke Bulak Banteng memakan waktu yang cukup lama.
"Kalau sepeda motor mungkin bisa 15 menit ya, cari jalan-jalan alternatif di gang. Tapi kalau mobil ya butuh waktu 30 menit."
"Putar balik jarak tempuhnya sekitar 30 kilo, dari sini ke Kedung Cowek, lewat jalan di bawah jembatan Suramadu, ke Kedinding Lor, ya benar, sekitar 30 kilometer. Jauh sekali lah," kata dia.
Namun, dengan dibongkarnya tembok tersebut, perjalanan kini menjadi jauh lebih singkat.
"Kalau dibongkar gini, sekarang jaraknya dari Tambak Wedi Baru ke Bulak Banteng, cukup lima menit saja," tambah Hariri.
Ia menjelaskan, masalah yang sering terjadi saat tembok pembatas masih berdiri, selalu terjadi pertikaian antarpengendara.
Kondisi penuh sesak ini terjadi terutama pada sore hari, ketika banyak orang pulang kerja.
"Kalau siang sih nggak ada masalah ya, meskipun ada temboknya. Tapi kalau sore hari, itu pasti menimbulkan masalah, orang pulang kerja kan."
"Jadi pasti macet, terjadi gesekan, cekcok, karena orang rebutan pengen segera keluar dari kemacetan itu," kata Hariri.