Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Rekomendasikan Fauzi-Imam untuk Pilkada Sumenep 2024, Potensi Calon Tunggal Menguat

Kompas.com, 30 Juli 2024, 15:49 WIB
Ach Fawaidi,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - DPD PDI Perjuangan (PDI-P) Jawa Timur resmi memberikan surat rekomendasi DPP PDI-P kepada Achmad Fauzi-KH Imam Hasyim untuk maju dalam Pilkada Sumenep 2024.

Turunnya rekomendasi itu menguatkan potensi adanya calon tunggal dalam Pilkada Sumenep 2024.

Pasalnya, Fauzi merupakan ketua DPC PDI-P Sumenep dan KH Imam Hasyim merupakan ketua DPC PKB Sumenep.

Dua partai tersebut merupakan partai dengan perolehan suara terbanyak pertama dan kedua pada Pemilu 2024.

Baca juga: Pilkada Sumenep, PDI-P Berikan Rekomendasi kepada Achmad Fauzi-Imam Hasyim

"Dengan (Achmad Fauzi) menggandeng ketua DPC PKB Sumenep (KH Imam Hasyim) maka kemungkinan besar akan terjadi calon tunggal," kata pengamat politik dari Universitas Wiraraja Sumenep Wilda Rasaili saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/7/2024).

Wilda menjelaskan, menguatnya potensi calon tunggal di Sumenep tak lepas dari bergabungnya ketua partai yakni Achmad Fauzi sebagai Ketua DPC PDI-P dan KH Imam Hasyim sebagai Ketua DPC PKB.

Dua partai itu sejatinya bisa mengajukan calon mandiri tanpa berkoalisi. Sebab, pada Pemilu 2024, PDI-P memperoleh 11 kursi dan PKB memperoleh 10 kursi di DPRD Sumenep.

Namun, kata Wilda, ketua DPC dari dua partai terkuat di Sumenep itu malah bergabung untuk Pilkada Sumenep 2024.

"Meski rekomendasi dari PKB belum turun, tapi saya menyakini komunikasi PDI-P dan PKB selesai di tingkat pusat (untuk pasangan Fauzi-Imam). Jadi bisa dipastikan tidak akan ada rekom lain dari PKB selain ke pasangan ini," kata dia.

Wilda mengatakan, sejatinya harapan untuk menyiapkan penantang ada di tangan Nasdem dan PPP.

Sebab, ketika kedua pertai tersebut berkoalisi, total kursi keduanya mencapai 20 persen atau bisa mengajukan calon.

Namun, lanjut dia, PPP sepertinya akan sulit memberikan rekomendasi ke kadernya sendiri untuk maju pada Pilkada Sumenep 2024. Hal itu tak lepas dari dugaan adanya dukungan PDI-P kepada calon PPP pada Pilkada Pamekasan.

Baca juga: Pilkada Sumenep, Dua Kiai Pengasuh Ponpes Daftar Bacabup ke PPP

"Melalui pernyataan calon yang potensial dari PPP yakni Kiai Ali Fikri, hampir tidak mungkin atau berat rekomendasi dari PPP turun ke Kiai Ali Fikri," tuturnya

"Olehnya tidak ada harapan lagi untuk munculnya alternatif calon lain dalam Pilkada Sumenep 2024," pungkasnya.

Ia pun menilai, jika pada akhirnya calon tunggal benar-benar terjadi di Sumenep, para elite politik harus bertanggung jawab terhadap terjadinya kegagalan atau kemunduran demokrasi.

"Sebetulnya yang dimaksud dengan demokrasi itu kan kandidasi, kandidasi itu kompetisi. Maka yang membiarkan ini tidak terjadi kompetisi, itu yang paling bertanggung jawab terhadap kemunduran demokrasi. Siapa itu? Tentu elite politik," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau